RAMALLAH, KOMPAS.TV - Presiden Palestina Mahmoud Abbas mengamuk dan menghina Hamas dalam pidato kerasnya.
Ia menyerukan kepada Hamas untuk segera membebaskan para sandera Israel yang masih ditahan.
Selain itu juga untuk segera melucuti diri, dan memindahkan kontrol Gaza kepada Otoritas Palestina (PA) untuk mengakhiri perang dengan Israel.
Baca Juga: India-Pakistan Terancam Perang, Tragedi Berdarah di Kashmir yang Tewaskan 26 Wisatawan Jadi Pemicu
Dikutip dari BBC Internasional, Rabu (13/4/2025), Presiden PA itu mengatakan pada pertemuan di Tepi Barat bahwa Hamas telah memberikan Israel alasan melanjutkan serangan ke Gaza.
“Hamas telah memberikan pendudukan kriminal (Israel) alasan untuk melakukan kejahatan di Gaza, yang paling menonjol adalah penahanan,” ujarnya.
Ia langsung melontarkan hinaan keras terhadap Hamas atas sikap kelompok perlawanan Palestina itu, dengan menyebut mereka “anak anjing”.
“Bebaskan saja siapa pun yang mereka tahan, dan selesaikanlah. Hentikan alasan mereka dan ampuni kami,” katanya.
Abbas juga menekankan Hamas harus segera menyerahkan tanggung jawab atas Gaza dan persenjataannya ke PA.
Juga meminta mereka untuk bertransformasi menjadi partai politik.
Pernyataan itu menjadi yang terkeras dikeluarkan Abbas kepada Hamas, sejak perang di Gaza dimulai 18 bulan lalu.
Anggota Biro Politik Hamas, Bassem Naim, langsung bereaksi dan mengkritik keputusan Abbas mengeluarkan pernyataan keras.
Baca Juga: Trump Serang Zelenskyy yang Ogah Akui Kontrol Rusia atas Krimea, Dituduh Rusak Negosiasi Perdamaian
“Ini menggambarkan bagian signifikan dan penting dari rakyat kami sendiri menggunakan bahasa yang menghina,” ucapnya.
“Abbas berulang kali dan secara mencurigakan melayangkan kesalahan dari kejahatan pendudukan dan agresi yang terjadi kepada orang-orang kami,” lanjut Naim.
Hamas dan PA telah terbelah selama beberapa dekade, dan keretakan mereka menyebabkan tidak ada kepemimpinan Palestina yang bersatu di Tepi Barat dan Gaza yang mampu muncul.
Bagikan perspektif Anda, sumbangkan wawasan dari keahlian Anda, dan berkontribusilah dalam memperkaya pemahaman pembaca kami.
Sumber : BBC Internasional
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.