MOSKOW, KOMPAS.TV - Rusia membela diri atas ancaman Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump yang akan mundur dari perundingan damai Rusia-Ukraina.
Trump mengungkapkan AS berniat mundur dari menengahi perundingan damai Rusia-Ukraina.
Ia menegaskan langkah itu akan dilakukannya jika Moskow dan Kiev menyulitkan dalam mencapai kesepakatan damai.
Baca Juga: AS Ancam Cabut dari Perundingan Damai Rusia-Ukraina, Kecewa Tak Ada Progres
Pada Jumat (18/4/2025), Trump mengatakan ia menyadari gencatan senjata tak akan terjadi dalam hitungan hari.
Meski begitu, ia ingin agar kesepakatan damai bisa diselesaikan dengan secepatnya.
Juru Bicara Kremlin Dmitry Peskov pun merespons ancaman Trump tersebut.
“Negosiasi yang dilakukan cukup menyulitkan,” kata Peskov dikutip dari BBC Internasional.
“Pihak Rusia berupaya keras mencapai penyelesaian damai dalam konflik ini, memastikan kepentingannya sendiri, dan terbuka untuk berdialog,” ujar dia.
Sebelumnya, Trump telah mengisyaratkan kemungkinan AS akan untuk mundur dari kesepakatan Rusia dan Ukraina.
“Kita membicarakan orang-orang yang tewas. Secara ideal kita harus segera menghentikannya,” kata Trump.
“Kini untuk sebagian alasan, satu atau dua pihak akan membuatnya sangat sulit, kami hanya mengatakan,’Anda bodoh, Anda bodoh, Anda orang yang buruk’, dan kami akan meninggalkannya,” ucap Trump.
Sementara itu, Wakil Presiden JD Vance mengaku optimistis untuk mengakhiri perang di Ukraina.
Baca Juga: Hamas Minta Komunitas Internasional Bertindak Akhiri Blokade Israel, 7 Pekan Tak Ada Bantuan Masuk
Hal itu diungkapkan saat pertemuan dengan Perdana Menter Italia Giorgia Meloni.
“Saya akan melakukan pembaruan dengan perdana menteri untuk berbagai negosiasi antara Rusia, Ukraina, dan juga beberapa hal yang terjadi di 24 jam terakhir,” katanya.
“Saya tak akan menghakimi mereka, namun kami akan merasa optimistis bisa membawa perang ini, perang yang brutal, berakhir,” ujarnya.
Bagikan perspektif Anda, sumbangkan wawasan dari keahlian Anda, dan berkontribusilah dalam memperkaya pemahaman pembaca kami.
Sumber : BBC Internasional
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.