YERUSALEM, KOMPAS.TV - Pemerintah Israel menutup enam sekolah yang dikelola Agensi Pekerjaan dan Pemulihan PBB untuk Pengungsi Palestina di Timur Dekat (UNRWA) di Yerusalem Timur.
Langkah ini dilakukan Israel usai melarang lembaga PBB tersebut beroperasi di Yerusalem Timur dan Tepi Barat.
UNRWA melaporkan polisi Israel merangsek ke enam sekolah di Yerusalem Timur pada Selasa (8/4/2025).
Perwakilan Menteri Pendidikan Israel juga datang bersama polisi dan memerintahkan sekolah ditutup dalam kurun 30 hari.
Komisaris Jenderal UNRWA Philippe Lazzarini menegaskan perintah Israel menutup sekolah Palestina adalah pelanggaran hukum internasional.
Lazzarini menyatakan operasi PBB dilindungi hukum dari yurisdiksi lokal.
"Sekitar 800 anak laki-laki dan perempuan terdampak langsung perintah penutupan ini dan kemungkinan tidak bisa menyelesaikan sekolah tahun ini," kata Lazzarini dikutip Al Jazeera.
Baca Juga: Prabowo Minta Dukungan Arab untuk Evakuasi Warga Palestina ke Indonesia: Kita Rawat sampai Pulih
Direktur Kantor Informasi UNRWA, Abir Ismail menegaskan, perintah Israel merenggut hak dasar anak-anak Palestina dan menimbulkan konsekuensi serius.
"Jika kami dipaska tutup, konsekuensinya akan buruk karena anak-anak direnggut hak dasarnya untuk mengenyam pendidikan, memperparah penderitaan mereka dan memengaruhi masa depan mereka secara negatif," kata Ismail.
Israel menutup sekolah UNRWA usai menuduh staf lembaga PBB itu membantu Hamas. PBB menolak tegas tuduhan Israel tersebut.
Pada akhir 2024 lalu, parlemen Israel mengesahkan dua undang-undang yang menetapkan UNRWA tidak boleh beraktivitas di Israel atau wilayah yang diduduki Israel.
Usai pengesahan undang-undang tersebut, Israel mulai menindak markas dan operasi UNRWA di Tepi Barat.
Otoritas Palestina (PA) pun mendesak komunitas internasional bertindak usai Israel menutup paksa sekolah.
Perdana Menteri Otoritas Palestina Mohammad Mustafa mendesak PBB bertindak sesuai "tanggung jawab legal dan moral" dan mencegah penutupan sekolah UNRWA.
"Sekadar pernyataan dan kecaman dari komunitas internasional sudah tidak lagi cukup. Skala, keparahan, dan kegawatan agresi Israel menuntut aksi internasional yang konkret dan segera," kata Mustafa.
Baca Juga: Tenaga Medis Dieksekusi Israel, Bulan Sabit Merah Palestina Desak Penyelidikan Internasional
Bagikan perspektif Anda, sumbangkan wawasan dari keahlian Anda, dan berkontribusilah dalam memperkaya pemahaman pembaca kami.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.