PYONGYANG, KOMPAS.TV - Beberapa dari ribuan tentara Korea Utara yang dikirim untuk membantu perang Rusia lawan Ukraina ternyata adalah keluarga pembelot.
Selain itu, beberapa lainnya adalah orang-orang yang bermasalah di Korea Utara.
Hal itu berasal laporan dari Media Korea Selatan, Sand Times yang berbasis di Seoul, Senin (24/3/2025).
Baca Juga: Media China Soroti Demonstrasi Tolak UU TNI, Disebut Sinyal Ketakutan atas Dominasi Politik Prabowo
Dikutip dari Radio Free Asia, Selasa (25/3/2025), Sand Times melaporkan para kandidat dipilih kebanyakan dari Korps Badai, sebuah unit pasukan khusus.
Namun, pada prosesnya, sejumlah personel yang didisiplinkan karena pelanggaran saat wajib militer, begitu juga dari latar belakang sosial yang kompleks juga disertakan.
Orang dengan latar belakang kompleks sosial merujuk kepada keluarga dari pembelot yang lari dari Korea Utara ke China atau Korea Selatan.
Anggota keluarga dari pembelot biasanya menghadapi sejumlah konsekuensi yang diberikan negara.
Hal itu termasuk pengawasan ketat, pemindahan paksa ke daerah terpencil, pemenjaraan di kamp kerja paksa, bahkan eksekusi di depan publik.
Biasanya itu dilakukan jika sang pembelot dipandang penting secara politik, atau telah membocorkan informasi sensitif.
Korea Utara menghukum keluarga berdasarkan asas bersalah karena pergaulan.
Mereka dianggap bertanggung jawab atas tindakan kerabat mereka yang melarikan diri dari negara itu.
Menurut kesaksian dari para pembelot, dalam beberapa kasus, keluarga juga mungkin menghadapi pengucilan sosial, dan kehilangan akses ke pedidikan dan pekerjaan.
Baca Juga: Tentara Korea Utara Makin Kuat di Rusia, Kim Jong-un Kirim 3.000 Pasukan Lagi Tahun Ini
Secara terpisah, sumber tersebut mengatakan kepada Sand Times, bahwa pemberitahuan kematian bagi tentara Korea Utara yang meninggal setelah dikerahkan mulai disampaikan kepada keluarganya di akhir November lalu.
Korea Selatan dan AS memperkirakan bahwa Pyongyang telah mengirim sebanyak 12.000 tentara untuk bertugas di wilayah Kursk, Rusia, yang sebagian wilayahnya diduduki Ukraina.
Ukraina mengatakan bahwa sekitar 4.000 dari mereka telah ditangkap atau terbunuh.
Bagikan perspektif Anda, sumbangkan wawasan dari keahlian Anda, dan berkontribusilah dalam memperkaya pemahaman pembaca kami.
Sumber : Radio Free Asia
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.