GAZA, KOMPAS.TV - Warga Palestina di Jalur Gaza kembali menjalani Ramadan dalam keterbatasan, kehancuran, ketakutan dan rasa kehilangan orang terkasih.
Meski awal Ramadan berlangsung di tengah gencatan senjata, warga dibayangi ketakutan perang akan kembali pecah.
Fatima Al-Absi adalah salah satu warga Jabaliya, Gaza Utara yang menjalani Ramadan di tengah keterbatasan dan kepedihan.
Sebelum gempuran Israel ke seluruh wilayah Gaza, Fatimah menjalani Ramadan dengan syahdu dan penuh kegembiraan.
Ia dan keluarganya biasa berbelanja untuk keperluan Ramadan mengunjungi kerabat dan shalat berjemaah di masjid.
Namun, tradisi tersebut tinggal kenangan. Serangan Israel merenggut nyawa suami dan menantunya. Rumah Fatimah dan masjid yang biasa ia datangi pun hancur lebur.
Sulitnya memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari juga menjadi ujian saat bulan suci ini.
Ramadan yang seharusnya penuh suka cita berubah menjadi kelam dan penuh kepedihan bagi warga di Jalur Gaza.
Ramadan di Jalur Gaza berlangsung di tengah perundingan gencatan senjata fase dua Israel-Hamas.
Fase pertama gencatan senjata telah berakhir Sabtu (1/03) waktu setempat. Sesuai perjanjian, tidak boleh ada serangan saat negosiasi berlangsung.
Warga Palestina di Jalur Gaza dibayangi ketakutan tentang apa yang akan terjadi selanjutnya.
Gempuran Israel sejak Oktober 2023 telah menewaskan lebih dari 48 ribu warga Palestina.
Hampir seluruh wilayah di Gaza juga hancur lebur. Selama gencatan senjata fase pertama yang dimulai 19 Januari 2025, warga berbondong-bondong kembali ke Gaza Utara. Mereka berjuang hidup di tengah reruntuhan bangunan.
Baca Juga: Bantuan ke Gaza Dihentikan untuk Menekan Hamas, Israel Dikritik Tajam oleh Berbagai Pihak
#gaza #ramadan #palestina
Bagikan perspektif Anda, sumbangkan wawasan dari keahlian Anda, dan berkontribusilah dalam memperkaya pemahaman pembaca kami.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.