SEOUL, KOMPAS.TV — Sebuah kapal induk Amerika Serikat (AS) tiba di Korea Selatan pada hari Minggu (2/3/2025) untuk unjuk kekuatan. Pengerahan kapal induk ini dilakukan beberapa hari setelah Korea Utara menguji coba rudal jelajah untuk menunjukkan kemampuan militer mereka.
Kedatangan USS Carl Vinson di pelabuhan Busan, Korea Selatan, dimaksudkan untuk menunjukkan aliansi militer AS-Korea Selatan yang solid dalam menghadapi ancaman Korea Utara. Angkatan Laut Korea Selatan juga menyatakan, kedatangan kapal induk AS ini bertujuan untuk meningkatkan interoperabilitas aset gabungan sekutu.
Dikatakan bahwa kedatangan kapal induk AS itu merupakan yang pertama ke Korea Selatan sejak Juni tahun lalu.
Pengerahan kapal induk tersebut diperkirakan akan membuat marah Korea Utara, yang memandang pengerahan sementara aset militer AS yang sangat kuat tersebut sebagai ancaman keamanan utama.
Baca Juga: Ukraina Gagalkan Operasi Penyelamatan Tentara Korea Utara yang Terjebak di Kursk oleh Rusia
Sebelumnya Korea Utara telah merespon beberapa pengerahan kapal induk AS, pesawat pengebom jarak jauh, dan kapal selam bertenaga nuklir dengan melakukan uji coba rudal.
Sejak pelantikannya pada 20 Januari, Presiden AS Donald Trump mengatakan bahwa ia akan menghubungi pemimpin Korea Utara Kim Jong Un lagi untuk kembali menghidupkan diplomasi. Korea Utara belum secara langsung menanggapi tawaran Trump tersebut, tetapi dugaan permusuhan yang dipimpin AS terhadap Korea Utara telah meningkat sejak pelantikan Trump.
Korea Utara mengatakan pada hari Jumat bahwa mereka telah menguji coba rudal jelajah strategis awal minggu lalu untuk memberi tahu musuh-musuhnya tentang kemampuan serangan balik militer dan kesiapan operasi nuklir mereka. Peluncuran rudal tersebut merupakan uji coba keempat yang dilakukan tahun ini.
Baca Juga: Dukung Perang Melawan Ukraina, Korea Utara Kembali Kirim Pasukan ke Rusia
Setelah menyaksikan peluncuran tersebut, Kim mengatakan militer harus sepenuhnya siap menggunakan senjata nuklir. Para ahli mengatakan Kim kemungkinan tidak akan menerima tawaran Trump dalam waktu dekat karena ia kini berfokus pada dukungannya terhadap perang Rusia melawan Ukraina dengan menyediakan senjata dan pasukan.
Seperti dikutip dari The Associated Press, mereka mengatakan Kim dapat mempertimbangkan untuk melanjutkan diplomasi dengan Trump ketika ia merasa tidak dapat mempertahankan kerja sama negaranya yang sedang berkembang pesat dengan Rusia.
Kim dan Trump pernah bertemu sebanyak tiga kali dari tahun 2018 hingga 2019 selama masa jabatan pertama Trump. Kala itu, mereka membahas masa depan program nuklir Korea Utara. Namun pada akhirnya, diplomasi berisiko tinggi itu runtuh karena pertikaian mengenai sanksi ekonomi yang dipimpin AS terhadap Korea Utara.
Bagikan perspektif Anda, sumbangkan wawasan dari keahlian Anda, dan berkontribusilah dalam memperkaya pemahaman pembaca kami.
Sumber : The Associated Press
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.