WASHINGTON, KOMPAS.TV — Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump menyarankan agar warga Palestina yang mengungsi di Gaza dimukimkan kembali secara permanen di luar wilayah yang dilanda perang itu, Selasa (4/2/2025).
Selain itu, ia mengusulkan agar AS mengambil alih "kepemilikan" Gaza, untuk membangun kembali wilayah tersebut menjadi sesuatu yang disebutnya sebagai "Riviera Timur Tengah."
Komentar provokatif itu ditentang oleh negara-negara sekutunya di Timur Tengah. Mesir, Yordania, dan sekutu AS lainnya di Timur Tengah telah memperingatkan Trump bahwa merelokasi warga Palestina dari Gaza akan mengancam stabilitas Timur Tengah, berisiko memperluas konflik, dan merusak upaya AS dan sekutu selama puluhan tahun untuk solusi dua negara.
Kementerian Luar Negeri Arab Saudi mengeluarkan reaksi keras terhadap Trump, dengan menyatakan seruan untuk negara Palestina yang merdeka adalah "posisi yang tegas, teguh, dan tak tergoyahkan."
Baca Juga: Bertemu Netanyahu, Trump Ingin AS Rebut Gaza dari Palestina
Arab Saudi telah berunding dengan AS mengenai kesepakatan untuk mengakui Israel secara diplomatis dengan imbalan pakta keamanan dan persyaratan lainnya.
"Tugas masyarakat internasional saat ini adalah bekerja untuk meringankan penderitaan manusia yang parah yang dialami oleh rakyat Palestina, yang akan tetap berkomitmen pada tanah mereka dan tidak akan beranjak darinya," kata pernyataan Saudi.
Namun tetap saja, Trump bersikeras bahwa Palestina "tidak punya alternatif" selain meninggalkan Gaza. Ia menekankan bahwa jangka waktu tiga hingga lima tahun untuk rekonstruksi wilayah yang dilanda perang, sebagaimana ditetapkan dalam perjanjian gencatan senjata sementara, tidaklah layak.
Minggu lalu, Presiden Mesir Abdel Fattah el-Sissi dan Raja Yordania Abdullah II juga menolak seruan Trump untuk menerima warga Gaza di negaranya.
Namun Trump mengatakan ia yakin Mesir dan Yordania — serta negara-negara lain, yang tidak disebutkan namanya — pada akhirnya akan setuju untuk menerima warga Palestina.
“Anda lihat selama beberapa dekade, semuanya adalah (tentang) kematian di Gaza,” kata Trump. "Ini telah terjadi selama bertahun-tahun. Semuanya adalah kematian. Jika kita bisa mendapatkan daerah yang indah untuk memukimkan kembali orang-orang, secara permanen, di rumah-rumah yang bagus di mana mereka bisa bahagia dan tidak ditembak dan tidak dibunuh dan tidak ditikam sampai mati seperti apa yang terjadi di Gaza.”
Trump juga mengatakan bahwa ia tidak mengesampingkan kemungkinan pengerahan pasukan AS untuk mendukung pembangunan kembali Gaza. Ia membayangkan 'kepemilikan AS jangka panjang' atas pembangunan kembali wilayah tersebut.
Trump ingin mendorong sekitar 1,8 juta warga Gaza meninggalkan tanah mereka dan mengeklaim tanah tersebut untuk dibangun AS.
"AS akan mengambil alih Jalur Gaza, dan kami juga akan melakukan pekerjaan di sana," kata Trump pada konferensi pers malam hari dengan Netanyahu di sisinya.
Baca Juga: Jepang Siap Terima Korban Perang Gaza, Tawarkan Akses Pengobatan dan Pendidikan
Presiden yang terkenal sebagai pengembang real estat di New York itu menambahkan, "Kami akan memastikan bahwa (pembangunan) itu dilakukan dengan standar kelas dunia. Itu akan luar biasa bagi rakyat — Palestina, sebagian besar warga Palestina, yang sedang kita bicarakan."
Trump menguraikan pemikirannya saat ia mengadakan pembicaraan dengan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu di Gedung Putih, di mana kedua pemimpin itu juga membahas gencatan senjata dan kesepakatan penyanderaan.
Trump mengatakan AS akan membangun kembali wilayah Gaza setelah warga Palestina dimukimkan kembali di tempat lain dan mengubah wilayah itu menjadi tempat di mana "warga dunia" — termasuk warga Palestina — akan tinggal.
Ia tidak memberikan keterangan tentang otoritas apa yang dimiliki AS, sehingga mendapatkan hak untuk mengambil tanah Gaza dan membangunnya.
Bagikan perspektif Anda, sumbangkan wawasan dari keahlian Anda, dan berkontribusilah dalam memperkaya pemahaman pembaca kami.
Sumber : The Associated Press
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.