GAZA, KOMPAS.TV – Hamas mengonfirmasi bahwa negosiasi tahap kedua terkait pembebasan sandera dan gencatan senjata dengan Israel telah dimulai melalui perantara Qatar, Mesir, dan Amerika Serikat (AS).
Juru bicara Hamas, Abdel Latif al-Qanua, dalam pernyataan tertulisnya pada Selasa (4/2/2025), mengatakan kelompoknya fokus pada perlindungan warga Gaza, bantuan kemanusiaan, dan rekonstruksi wilayah tersebut.
“Negosiasi untuk tahap kedua telah dimulai, dan kami sangat memperhatikan fase ini,” kata al-Qanua dikutip dari i24 News.
Baca Juga: Pasca Gencatan Senjata, 11 Warga Palestina Tewas Akibat Serangan Israel
Ia menuduh Israel telah menghambat protokol kemanusiaan dalam perjanjian gencatan senjata yang berlaku.
Hamas juga menyebut keterlambatan dalam implementasi kesepakatan disebabkan oleh “pendudukan yang terus berkelit dan menunda-nunda.”
Dalam pernyataannya, al-Qanua juga memuji serangan terhadap pos pemeriksaan Tayasir di Tepi Barat, yang menewaskan dua tentara cadangan Israel. Ia menyebut serangan itu sebagai respons atas meningkatnya agresi Israel di wilayah tersebut.
“Operasi di pos pemeriksaan Tayasir, di timur Tubas, adalah hak rakyat kami untuk membela diri dari pendudukan,” katanya.
Al-Qanua menambahkan bahwa ketidakadilan terhadap Palestina diperburuk oleh “diamnya komunitas internasional,” yang ia klaim memberikan Israel kebebasan untuk melanjutkan serangan di Gaza dan Tepi Barat.
Baca Juga: Israel Kembali Langgar Gencatan Senjata Gaza, Bunuh Anak 5 Tahun dan Seorang Pria
Pemerintah Israel menyatakan bahwa setelah Perdana Menteri Benjamin Netanyahu kembali dari kunjungannya ke Amerika Serikat, ia akan mengirim delegasi ke Qatar untuk membahas aspek teknis dari negosiasi tahap kedua gencatan senjata.
“Setelah kembali dari AS, Netanyahu akan mengadakan pertemuan dengan kabinet politik dan keamanan untuk menentukan posisi Israel dalam negosiasi berikutnya,” kata kantor Perdana Menteri Israel dalam pernyataan resmi pada Selasa pagi, dikutip dari Business Standard.
Gencatan senjata tahap pertama, yang dimulai pada 19 Januari lalu, menyepakati pembebasan 33 sandera Israel selama enam minggu dengan imbalan ratusan tahanan Palestina di penjara Israel.
Hingga saat ini, sebanyak 18 sandera telah dibebaskan, terdiri dari 13 warga Israel dan lima warga Thailand.
Nasib 65 sandera lainnya akan ditentukan dalam negosiasi yang dijadwalkan dimulai pada hari ke-16 gencatan senjata.
Beberapa pihak mengkritik pendekatan bertahap dalam kesepakatan ini karena dinilai memperpanjang penderitaan sandera yang belum dibebaskan.
Prospek negosiasi tahap kedua masih belum jelas, sementara kedua belah pihak terus berupaya membentuk kesepakatan yang dapat mengakhiri konflik berkepanjangan di wilayah tersebut.
Baca Juga: Momen Warga Palestina Pulang Jalan Kaki Lewati Puing-Puing Perang usai Gencatan Senjata Israel-Hamas
Bagikan perspektif Anda, sumbangkan wawasan dari keahlian Anda, dan berkontribusilah dalam memperkaya pemahaman pembaca kami.
Sumber : i24 News, Business Standard
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.