Kompas TV internasional kompas dunia

Militer Israel Tembaki Pengunjuk Rasa di Lebanon, 22 Orang Tewas

Kompas.tv - 27 Januari 2025, 11:52 WIB
militer-israel-tembaki-pengunjuk-rasa-di-lebanon-22-orang-tewas
Warga Lebanon berjalan di samping rumah yang hancur, saat mereka memeriksa kerusakan di desa mereka yang disebabkan oleh serangan udara dan darat Israel, di Aita al-Shaab, desa perbatasan Lebanon dengan Israel, Lebanon selatan, Minggu, 26 Januari 2025. (Sumber: Foto AP/ Bilal Husein)
Penulis : Tussie Ayu | Editor : Gading Persada

MAYS AL-JABAL, KOMPAS.TV — Pasukan Israel di Lebanon selatan menembaki para pengunjuk rasa yang menuntut penarikan pasukan Israel sesuai dengan perjanjian gencatan senjata, Minggu (26/1/2025). Peristiwa ini menewaskan sedikitnya 22 orang dan melukai 124 orang lainnya. 

“Korban tewas termasuk enam wanita dan seorang tentara Lebanon,” kata Kementerian Kesehatan seperti dikutip dari The Associated Press

Orang-orang terluka dilaporkan berada di hampir 20 desa di daerah perbatasan. Tentara Israel menyalahkan Hizbullah karena memicu protes pada Minggu kemarin.

Israel mengatakan dalam sebuah pernyataan, pasukannya melepaskan tembakan peringatan untuk mengusir ancaman. Mereka juga menyatakan, telah menangkap dan menginterogasi sejumlah tersangka.

Beberapa jam kemudian, Gedung Putih mengatakan Israel dan Lebanon telah sepakat untuk memperpanjang batas waktu bagi pasukan Israel untuk meninggalkan Lebanon selatan hingga 18 Februari mendatang.

Sebelumnya Israel meminta perpanjangan waktu untuk menarik pasukan melampaui batas waktu 60 hari yang ditetapkan dalam perjanjian gencatan senjata.

Baca Juga: Momen Warga Palestina Tertahan di Pintu Masuk Gaza Utara, Tunggu Izin Militer Israel

Israel mengatakan mereka membutuhkan waktu lebih panjang, karena tentara Lebanon belum dikerahkan ke semua wilayah Lebanon selatan untuk memastikan bahwa Hizbullah tidak membangun kembali kehadirannya di wilayah tersebut. Tentara Lebanon mengatakan tidak dapat mengerahkan pasukannya, sampai pasukan Israel mundur.

Sedangkan Gedung Putih mengungkapkan, pengaturan pasukan Lebanon dan Israel, yang dipantau oleh Amerika Serikat, akan terus berlaku hingga 18 Februari nanti. Gedung Putih menambahkan masing-masing pemerintah juga akan memulai negosiasi untuk memulangkan tahanan Lebanon yang ditangkap setelah 7 Oktober 2023.

Tidak ada komentar dari pemerintah Israel mengenai masalah ini, tetapi Perdana Menteri sementara Lebanon Najib Mikati mengonfirmasi perpanjangan waktu penarikan tersebut.

Pengumuman itu muncul beberapa jam setelah para demonstran, beberapa dari mereka membawa bendera Hizbullah, berusaha memasuki beberapa desa untuk memprotes gagalnya pasukan Israel menarik diri dari Lebanon selatan pada batas waktu awal hari Minggu. 

Perkembangan di Lebanon terjadi saat Israel menahan ribuan warga Palestina untuk kembali ke rumah mereka di Gaza utara pada hari Minggu. Israel menuduh Hamas melanggar gencatan senjata yang rapuh dengan mengubah urutan sandera yang telah dibebaskan.

Presiden Lebanon Joseph Aoun mengatakan dalam sebuah pernyataan yang ditujukan kepada rakyat Lebanon selatan pada hari Minggu bahwa kedaulatan dan integritas teritorial Lebanon tidak dapat dinegosiasikan.

Baca Juga: Hizbullah Desak Pasukan Israel Angkat Kaki dari Lebanon Sesuai Kesepakatan, Tel Aviv Menolak

“Saya dapat menindaklanjuti masalah ini di tingkat tertinggi untuk memastikan hak dan martabat Anda," ujar Aoun.

Ia mendesak mereka untuk menahan diri dan percaya pada Angkatan Bersenjata Lebanon. Tentara Lebanon, dalam pernyataan terpisah, mengatakan mereka mengawal warga sipil ke beberapa kota di daerah perbatasan dan meminta penduduk untuk mengikuti instruksi militer guna memastikan keselamatan mereka.

Ketua Parlemen Nabih Berri, yang partainya Gerakan Amal bersekutu dengan Hizbullah dan yang bertindak sebagai perantara antara kelompok militan dan AS selama negosiasi gencatan senjata, mengatakan bahwa pertumpahan darah hari Minggu merupakan seruan yang jelas dan mendesak bagi masyarakat internasional untuk bertindak segera dan memaksa Israel untuk menarik diri dari wilayah Lebanon yang diduduki.

Koordinator Khusus PBB untuk Lebanon Jeanine Hennis-Plasschaert dan kepala misi pasukan penjaga perdamaian PBB yang dikenal sebagai UNIFIL, Letnan Jenderal Aroldo Lázaro, menyerukan dalam pernyataan bersama agar Israel dan Lebanon mematuhi kewajiban mereka berdasarkan perjanjian gencatan senjata.


 

Kami memberikan ruang untuk Anda menulis

Bagikan perspektif Anda, sumbangkan wawasan dari keahlian Anda, dan berkontribusilah dalam memperkaya pemahaman pembaca kami.

Daftar di sini



Sumber : The Associated Press

Berikan Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE



KOMPASTV SHORTS


Lihat Semua

BERITA LAINNYA



FOLLOW US




Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.


VIDEO TERPOPULER

Close Ads x