GAZA, KOMPAS.TV – Gencatan senjata antara Israel dan Hamas dijadwalkan mulai berlaku pada Minggu (19/1/2025)) pukul 08.30 waktu setempat. Kesepakatan ini mencakup pertukaran tahanan yang diharapkan menjadi langkah awal menuju akhir konflik yang telah berlangsung selama 15 bulan di Gaza.
Sebagai bagian dari perjanjian, Israel akan membebaskan 737 tahanan Palestina dalam tahap awal. Sebagai gantinya, Hamas sepakat untuk membebaskan total 33 sandera secara bertahap.
Tiga sandera perempuan akan dibebaskan pada hari pertama, disusul empat sandera lainnya pada hari ketujuh, dan 26 sisanya selama lima minggu berikutnya.
Baca Juga: Yaman, Iran, Afghanistan Demo Dukung Gencatan Senjata Israel-Hamas
Seiring dimulainya gencatan senjata, pekerjaan perbaikan di perbatasan Rafah antara Gaza dan Mesir akan segera dilakukan.
Tim teknis akan memprioritaskan perbaikan jalan yang menghubungkan sisi Mesir dan Palestina. Namun, bantuan kemanusiaan dan evakuasi medis baru akan diizinkan melintasi perbatasan ini pada Senin (20/1/2025).
Untuk memastikan kelancaran proses, dilansir dari The National, tim dari PBB, Uni Eropa, dan pengamat Arab akan ditempatkan di 13 lokasi di Gaza.
Mereka akan bekerja sama dengan Otoritas Palestina untuk memantau pergerakan warga yang kembali ke rumah mereka di wilayah utara Gaza.
Sementara itu, Israel akan mengawasi proses ini dari jarak jauh menggunakan kamera dan sensor.
Baca Juga: Inggris Didesak Segera Akui Negara Palestina, Parlemen Soroti Genosida yang Dilakukan Israel di Gaza
Koordinasi operasional akan dilakukan melalui tiga pusat kendali yang berlokasi di Kairo, Al Arish di Sinai Utara, dan Gaza Selatan.
Para pejabat menegaskan bahwa semua pihak berupaya keras untuk memastikan kesepakatan ini berjalan tanpa hambatan.
Dalam pernyataannya, Hamas menegaskan bahwa prioritas utama setelah gencatan senjata adalah mengakhiri pengepungan Gaza dan memulai rekonstruksi wilayah yang hancur.
"Pengorbanan rakyat Gaza tidak akan sia-sia. Kami berkomitmen untuk membangun kembali wilayah ini dan mengadili kejahatan perang Israel," ujar juru bicara Hamas.
Sementara itu, Kementerian Luar Negeri Qatar mengimbau semua pihak untuk berhati-hati dan mematuhi kesepakatan yang telah disusun.
Data terbaru dari Kementerian Kesehatan Gaza menunjukkan bahwa konflik ini telah menelan 46.899 korban jiwa dan melukai 110.725 orang. Infrastruktur Gaza hancur, meninggalkan jutaan warga dalam kondisi memprihatinkan.
Baca Juga: Reaksi Otoritas Palestina atas Gencatan Senjata Hamas-Israel, Siap Bertanggung Jawab atas Gaza
Bagikan perspektif Anda, sumbangkan wawasan dari keahlian Anda, dan berkontribusilah dalam memperkaya pemahaman pembaca kami.
Sumber : The National
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.