PORT-AU-PRINCE, KOMPAS.TV — Badan Penerbangan Amerika Serikat (AS) melarang maskapai penerbangan AS terbang ke Haiti selama 30 hari, setelah pecah kerusuhan antar geng yang menembak tiga pesawat, Selasa (12/11/2024).
Selain AS, Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) juga menangguhkan sementara penerbangan ke Port-au-Prince, sehingga membatasi bantuan kemanusiaan yang masuk ke negara tersebut.
Peluru menghantam pesawat Spirit Airlines saat hendak mendarat di ibu kota pada hari Senin, sehingga melukai seorang pramugari dan memaksa bandara ditutup. Foto dan video yang diperoleh media menunjukkan lubang peluru menghiasi bagian dalam pesawat.
Pada hari Selasa, JetBlue dan American Airlines mengumumkan bahwa inspeksi pascapenerbangan menemukan pesawat mereka juga telah ditembak pada hari Senin saat berangkat dari Port-au-Prince. American Airlines akhirnya menangguhkan penerbangan ke Port-au-Prince hingga 12 Februari.
Baca Juga: Pesawat Ditembaki karena Perang Antar Geng, Bandara Utama Haiti Ditutup
Penembakan tersebut merupakan bagian dari gelombang kekerasan yang meletus saat krisis demokrasi terjadi di Haiti. Negara itu melantik perdana menteri barunya setelah proses politik yang penuh gejolak.
Juru bicara PBB Stephane Dujarric mengatakan PBB mendokumentasikan 20 bentrokan bersenjata dan blokade jalan yang menghalangi operasi kemanusiaan selama kekerasan terjadi pada hari Senin. Bandara Port-au-Prince akan ditutup hingga 18 November, dan Dujarric mengatakan PBB akan mengalihkan penerbangan ke bandara kedua negara itu di kota Cap Haïtien yang lebih damai di utara.
Akses yang terputus ke pusat kekerasan, Port-au-Prince, kemungkinan akan sangat menghancurkan Haiti karena akan memutus akses logistik ke ibu kota Haiti yang saat ini berada di ambang kelaparan. Dujarric memperingatkan bahwa menghentikan penerbangan berarti membatasi aliran bantuan kemanusiaan dan personel kemanusiaan ke negara itu. Konvoi 20 truk berisi makanan dan perlengkapan medis di wilayah selatan saat ini telah ditunda dan operasi pemberian bantuan tunai kepada seribu orang di wilayah Carrefour terpaksa dibatalkan.
“Kami melakukan segala yang kami bisa untuk memastikan kelanjutan operasi di tengah situasi yang penuh tantangan ini,” katanya seperti dikutip dari The Associated Press.
“Kami menyerukan diakhirinya kekerasan yang meningkat, untuk memungkinkan akses kemanusiaan yang aman, berkelanjutan, dan tanpa hambatan,” tambahnya.
Baca Juga: Haiti Ganti Perdana Menteri, Proses Transisi Demokrasi Terancam
Pada hari Selasa, kehidupan sebagian besar warga ibu kota Haiti lumpuh setelah terjadinya gelombang kekerasan. Polisi bersenjata lengkap di mobil lapis baja di luar bandara memeriksa truk yang digunakan untuk transportasi umum yang lewat.
Sekolah ditutup, begitu pula bank dan kantor pemerintah. Jalanan tempat geng dan polisi terlibat baku tembak sehari sebelumnya, kini tampak sepi. Hanya ada sedikit orang yang lewat selain sepeda motor dengan seorang pria yang tertembak menempel di belakangnya.
Perserikatan Bangsa-Bangsa memperkirakan bahwa geng bersenjata telah menguasai 85% ibu kota Haiti, Port-au-Prince. Misi yang didukung PBB yang dipimpin oleh polisi Kenya untuk meredakan kekerasan geng, kini berjuang dengan kurangnya dana dan personel.
Sumber : The Associated Press
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.