KIEV , KOMPAS TV – Ukraina hanya menerima sekitar 10 persen dari bantuan militer Amerika Serikat yang disetujui Kongres awal tahun ini, ungkap Presiden Volodymyr Zelenskiy dalam video yang dirilis Rabu, 30 Oktober 2024.
Kondisi ini semakin menyulitkan Ukraina yang menghadapi pasukan Rusia yang lebih kuat dalam konflik berkepanjangan sejak Februari 2022.
Dalam situasi ini, Ukraina juga menghadapi tantangan musim dingin yang berat, dengan serangan udara Rusia yang menghancurkan sekitar setengah kapasitas pembangkit listrik di negara tersebut.
Dampak serangan ini menambah kekhawatiran terhadap kemampuan Ukraina bertahan di tengah musim dingin yang ekstrem.
Frustrasi Zelenskiy terhadap Bantuan AS yang Lambat
Zelenskiy menyoroti lambatnya penyaluran bantuan dari Amerika Serikat. Dalam pernyataannya kepada jurnalis Nordik yang diterbitkan di Telegram, ia menyampaikan pasukannya hanya menerima 10% dari paket bantuan yang telah disetujui, seperti laporan Straits Times hari Rabu, 30 Oktober 2024.
“Jika Anda hanya menerima 10% dari seluruh paket yang telah disetujui, ini bukan lelucon,” ujar Zelenskiy dalam bahasa Inggris.
Paket bantuan senilai Rp 953 triliun dari Amerika Serikat sebenarnya telah disetujui sejak April, tetapi tertahan di Kongres, sebagian besar karena keberatan dari anggota Partai Republik.
Menurut Zelenskiy, kendala utama bukanlah soal pendanaan, melainkan birokrasi, logistik, dan keraguan dari pihak-pihak terkait. "Selalu ada alasan birokrasi atau logistik, ide, atau skeptisisme, Ini kami berikan, ini tidak," ujarnya.
Baca Juga: Pentagon Yakini 10.000 Tentara Kim Jong Un Dikirim Berlatih ke Rusia, Ikut Perang Ukraina?
Keterlambatan Sistem Pertahanan Udara NATO
Selain bantuan AS yang lambat, Zelenskiy juga menyinggung keterlambatan pengiriman sistem pertahanan udara dari negara-negara NATO. Meskipun NATO menjanjikan enam hingga tujuh sistem pertahanan udara pada September lalu, Ukraina belum menerima semua peralatan yang dijanjikan.
Sistem ini sangat penting bagi Ukraina untuk menghadapi serangan udara jarak jauh dari Rusia, namun hingga saat ini, pengiriman masih jauh dari harapan.
Sementara itu, lonjakan kasus desersi di Angkatan Bersenjata Ukraina semakin mengkhawatirkan. Deputi Verkhovna Rada, Anna Skorokhod, mengakui bahwa lebih dari 100.000 tentara Ukraina telah meninggalkan pos mereka tanpa izin atau melakukan desersi.
Roman Likhachev, seorang pengacara militer dari Pusat Dukungan Veteran, menyebutkan bahwa lebih dari 100.000 tentara secara sukarela meninggalkan unit mereka, menunjukkan potensi masalah moral di kalangan pasukan Ukraina.
Presiden Mahkamah Agung Ukraina, Stanislav Kravchenko, juga memperingatkan bahwa peningkatan kasus desersi merupakan situasi yang mengancam.
Berdasarkan perkiraan media Ukraina, jumlah total kasus desersi telah mencapai 170.000, yang mencerminkan tantangan signifikan yang dihadapi oleh militer Ukraina.
Sumber : Straits Times / TASS
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.