WASHINGTON, KOMPAS.TV - Eskalasi konflik di Timur Tengah terancam meningkat usai Iran mengirim serangan balasan ke Israel dengan ratusan roket pada Selasa (1/10/2024).
Kalangan analis menilai perang besar di Timur Tengah terancam pecah karena pemerintah Amerika Serikat (AS) terus mendukung "kejahatan perang" Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu.
Direktur Advokasi Democracy for the Arab World Now (DAWN) Raed Jarrar menyebut keengganan Presiden AS Joe Biden menekan Netanyahu untuk menghentikan kebijakan agresif Israel di Timur Tengah membuat perang regional tak terelakkan.
Baca Juga: Ahmadinejad Sebut Kepala Unit Intelijen Iran Agen Mossad Israel, Ungkap Pengkhianatan Besar
Israel telah menggempur Jalur Gaza sejak Oktober 2023 lalu dan membunuh lebih dari 41.000 orang.
Israel juga menggempur Lebanon dan telah membunuh lebih dari 1.000 orang sejak 23 September lalu.
"Perang regional tidak terelakkan ketika Amerika Serikat terus mendanai dan membantu Netanyahu serta seluruh kejahatan perangnya, genosida, dan serangan-serangannya ke tetangga," kata Jarrar, seperti dilansir Al Jazeera, Selasa.
"Ini tidak akan berhenti hingga Amerika Serikat turun tangan dan berkata, 'Kami tidak akan mengirim senjata lagi ke Israel. Kami tidak akan mendanai dan membantu kejahatan-kejahatan Israel.'"
Iran menghujani Israel dengan sekitar 200 rudal pada Selasa malam waktu setempat. Teheran menyebut serangan ini sebagai balasan atas pembunuhan pemimpin Hamas, Ismail Haniyeh; pemimpin Hizbullah, Hassan Nasrallah; serta komandan Garda Revolusioner Iran di Lebanon.
Usai serangan rudal tersebut, Iran dan Israel saling balas ancaman. Tel Aviv menegaskan serangan rudal Iran tersebut akan dibalas dengan tindakan tegas.
Akan tetapi, Iran menyebut pihaknya akan mengirim serangan lebih keras jika Israel nekat membalas gelombang serangan rudal tersebut.
Baca Juga: Iran Peringatkan AS Tidak Ikut Campur Usai Serang Israel dengan 200 Rudal
Sumber : Kompas TV, Al Jazeera
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.