TEL AVIV, KOMPAS.TV - Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu tidak menggubris rencana sekutunya, Amerika Serikat (AS) dan Prancis yang mengupayakan gencatan senjata di Lebanon. Netanyahu menegaskan pihaknya telah menginstruksikan Angkatan Bersenjata Israel (IDF) untuk menyerang dengan kekuatan penuh.
Serangan Israel ke Lebanon sejak Senin (23/9/2024) lalu telah membunuh setidaknya 620 orang, termasuk 50 anak-anak. Serangan intens Israel juga memaksa 90.000 penduduk di selatan Lebanon mengungsi.
"Berita tentang gencatan senjata tidak benar. Ini adalah proposal Amerika-Prancis yang bahkan tidak direspons oleh perdana menteri," demikian keterangan Kantor Perdana Menteri Israel via X, Kamis (26/9).
Baca Juga: Serbuan Darat Israel ke Lebanon Segera Terjadi, AS dan Sekutu Tel Aviv Minta Gencatan Senjata
Netanyahu juga menegaskan pihaknya tidak akan membatasi serangan ke Lebanon. Pada saat bersamaan, serangan Israel ke Jalur Gaza tetap akan diteruskan hingga "tujuan perang tercapai."
"Berita tentang arahan untuk membatasi pertempuran di utara juga tidak benar. Perdana Menteri menginstruksikan IDF untuk terus bertempur dengan kekuatan penuh dan sesuai rencana yang dipresentasikan kepadanya."
Sebelumnya, Prancis menginisiasi rapat darurat di Dewan Keamanan PBB untuk membahas situasi Lebanon. Menteri Luar Negeri Prancis Jean-Noel Barrot menyebut pihaknya dan AS telah menyiapkan proposal gencatan senjata 21 hari untuk membuka perundingan.
Wakil Dubes AS untuk PBB Robert Woods menyatakan bahwa Gedung Putih mendukung proposal tersebut dengan harapan bisa menghadirkan situasi kondusif untuk mencapai solusi diplomatik.
"Tidak ada yang ingin melihat pengulangan perang berskala penuh (Hizbullah dan Israel) yang terjadi pada 2006," kata Woods dikutip Al Jazeera.
Baca Juga: Jokowi: Indonesia Kutuk Keras Serangan Israel ke Lebanon, Rencana Pemulangan WNI dalam Proses
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.