MOSKOW, KOMPAS.TV – Presiden China Xi Jinping akan mengunjungi Rusia bulan depan untuk menghadiri KTT BRICS. Hal ini dikonfirmasi Menteri Luar Negeri China Wang Yi, Kamis (12/9/2024).
Langkah ini dilakukan seiring dengan upaya Moskow dan Beijing untuk melawan pengaruh global Barat.
Kunjungan Xi Jinping ke Rusia ini akan menjadi kunjungan keduanya sejak Kremlin mengirim pasukan ke Ukraina pada Februari 2022, seperti laporan Associated Press. Meskipun China mengeklaim mengambil posisi netral dalam konflik tersebut, negara ini mendukung narasi Kremlin bahwa tindakan Rusia diprovokasi oleh Barat.
Selain itu, China terus memasok komponen-komponen kunci yang dibutuhkan Rusia untuk produksi senjata.
Wang Yi bertemu dengan Presiden Rusia Vladimir Putin di St. Petersburg pada Kamis (12/9),dan kedua belah pihak memuji hubungan erat antara kedua negara.
Wang Yi menyatakan Xi “dengan senang hati menerima” undangan Putin untuk menghadiri KTT BRICS di kota Kazan, Rusia, pada bulan Oktober.
Putin juga mengumumkan mereka akan melakukan pertemuan bilateral di Kazan untuk membahas berbagai aspek hubungan Rusia-China, yang menurut Putin "berkembang cukup sukses" dan "di semua arah."
Xi terakhir kali mengunjungi Rusia pada Maret 2023, dan Putin membalas kunjungan tersebut dengan perjalanannya ke China pada Oktober di tahun yang sama.
Baca Juga: Menlu Retno Ungkap Indonesia Diajak Gabung BRICS: Keputusan Ada pada Pak Prabowo
Kedua pemimpin juga telah bertemu di Beijing pada Mei, ketika Putin melakukan perjalanan luar negeri pertamanya dalam masa jabatan kelima sebagai presiden, serta di Kazakhstan pada Juli.
Sejak meluncurkan apa yang disebut Kremlin sebagai "operasi militer khusus" di Ukraina, Rusia semakin bergantung secara ekonomi pada China, terutama setelah sanksi Barat memotong akses Rusia ke sebagian besar sistem perdagangan internasional.
Peningkatan perdagangan antara China dan Rusia, yang mencapai USD 240 miliar pada tahun lalu, telah membantu Rusia mengurangi beberapa dampak terburuk dari sanksi tersebut.
Rusia telah mengalihkan sebagian besar ekspor energinya ke China dan mengandalkan perusahaan-perusahaan China untuk mengimpor komponen teknologi tinggi yang dibutuhkan oleh industri militer Rusia guna menghindari sanksi Barat.
Kedua negara juga semakin memperdalam hubungan militer mereka dalam dua tahun terakhir.
Aliansi BRICS, yang didirikan pada tahun 2006 oleh Brasil, Rusia, India, dan China, dengan Afrika Selatan bergabung pada tahun 2010, baru-baru ini mengalami perluasan dan kini mencakup Iran, Mesir, Ethiopia, serta Uni Emirat Arab. Arab Saudi juga telah menyatakan minatnya untuk bergabung, sementara Azerbaijan dan Malaysia secara resmi telah mengajukan permohonan.
BRICS bertujuan untuk memperkuat suara negara-negara berkembang besar guna menyeimbangkan tatanan global yang didominasi oleh Barat.
Para pendiri aliansi ini menyerukan adanya tatanan dunia yang lebih adil serta reformasi terhadap lembaga internasional seperti Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), Dana Moneter Internasional (IMF), dan Bank Dunia.
Sumber : Associated Press
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.