YERUSALEM, KOMPAS.TV – Mayor Jenderal Purnawirawan Israel, Yitzhak Brik, memperingatkan bahwa Israel bisa runtuh dalam satu tahun jika perang melawan kelompok Palestina Hamas dan gerakan Lebanon Hizbullah terus berlanjut, Kamis (22/8/2024).
"Negara ini benar-benar sedang melaju menuju tepi jurang," kata Brik dalam sebuah artikel opini yang diterbitkan oleh harian Israel Haaretz.
"Jika perang hancur-hancuran melawan Hamas dan Hizbullah terus berlanjut, Israel akan runtuh dalam waktu tidak lebih dari satu tahun."
Sejak serangan Hamas pada 7 Oktober, militer Israel melancarkan serangan brutal di Jalur Gaza, menewaskan hampir 40.300 orang, sebagian besar perempuan dan anak-anak, serta melukai lebih dari 93.100 orang lainnya.
Serangan ini telah memicu bulan-bulan serangan lintas batas antara Hizbullah dan Israel di tengah kekhawatiran akan pecahnya perang skala penuh antara kedua pihak.
Baca Juga: Bocoran Orang Dalam: Netanyahu Sengaja Halangi Kesepakatan Gencatan Senjata dengan Hamas
Brik meragukan klaim pejabat Israel tentang menyerahnya Hamas dan penangkapan pemimpin mereka, Yahya Sinwar.
"Sebagian besar pernyataan sombong yang dibuat oleh Menteri Pertahanan Yoav Gallant selama perang di Gaza terbukti tidak berdasar," katanya.
"Dengan pernyataan-pernyataan ini, Gallant, bersama dengan rekannya Kepala Staf IDF Herzi Halevi dan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu, telah menaburkan debu di mata publik Israel," tambah Brik.
Jenderal purnawirawan tersebut mengatakan bahwa Gallant mulai menyadari bahwa konsep kemenangan total di Gaza adalah omong kosong.
"Sepertinya dia mulai menyadari bahwa kegagalan mencapai kesepakatan sandera dengan Hamas akan menyebabkan perang regional yang akan menempatkan Israel dalam bahaya serius," ujar Brik.
Baca Juga: Israel Serbu Kamp Pengungsi Tulkarem di Tepi Barat, Kehancuran Besar Terjadi
Mengenai potensi kesepakatan pertukaran sandera dengan Hamas, Brik mengatakan bahwa hal ini menjadi tidak mungkin untuk mencapai apa yang bisa diperoleh Israel sebelumnya melalui kesepakatan gencatan senjata. Penyebabnya, imbuh Brik, karena ada syarat-syarat baru yang diperkenalkan oleh Netanyahu dalam usulan kesepakatan tersebut.
Selama berbulan-bulan, Amerika Serikat, Qatar, dan Mesir telah berusaha mencapai kesepakatan antara Israel dan Hamas untuk memastikan pertukaran tahanan dan gencatan senjata serta memungkinkan bantuan kemanusiaan masuk ke Gaza. Namun, upaya mediasi terhambat karena penolakan Netanyahu untuk memenuhi tuntutan Hamas agar menghentikan perang.
Israel terus melanjutkan serangan brutalnya di Jalur Gaza meskipun ada resolusi Dewan Keamanan PBB yang menyerukan gencatan senjata segera.
Blokade Israel terhadap Gaza telah menyebabkan kekurangan parah makanan, air bersih, dan obat-obatan, yang membuat sebagian besar wilayah tersebut hancur.
Israel menghadapi tuduhan genosida di Pengadilan Internasional yang telah memerintahkan penghentian operasi militer di Kota Rafah di bagian selatan, di mana lebih dari satu juta warga Palestina telah mencari perlindungan sebelum daerah itu diinvasi pada 6 Mei.
Sumber : Anadolu / Haaretz
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.