JENEWA, KOMPAS.TV – Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menyatakan keraguan tentang kemungkinan menyediakan keamanan bagi Presiden Palestina Mahmoud Abbas yang berencana mengunjungi Jalur Gaza.
Apalagi Gaza, yang telah mengalami serangan militer intensif dari Israel sejak 7 Oktober tahun lalu, saat ini masih berada dalam kondisi yang sangat berbahaya.
Juru bicara PBB, Michele Zaccheo, pada Jumat (16/8/2024) menuturkan, mengingat situasi keamanan yang sangat tidak stabil di Gaza, ide bahwa PBB dapat menyediakan keamanan untuk Abbas mungkin tidak realistis.
"Setiap hari kami menerima laporan dari rekan-rekan kemanusiaan mengenai situasi keamanan yang terus memburuk di Gaza," ujar Zaccheo dikutip dari Anadolu.
Sebelumnya, dalam sidang luar biasa Parlemen Turki terkait Palestina, Abbas secara dramatis mengumumkan rencananya untuk mengunjungi Jalur Gaza bersama seluruh pimpinan Palestina.
"Saya mengumumkan di hadapan Anda dan dunia bahwa saya memutuskan untuk pergi ke Jalur Gaza bersama semua pemimpin Palestina," ucap Abbas.
Abbas juga mendesak Dewan Keamanan PBB untuk memastikan akses mereka ke wilayah yang terkepung tersebut.
Baca Juga: Putin Bertemu Mahmoud Abbas, Sampaikan Prihatin Bencana Kemanusiaan di Palestina
Zaccheo menekankan bahwa tanggung jawab utama untuk memberikan keamanan di wilayah yang diduduki berada pada kekuatan pendudukan, yakni Israel.
Ia menambahkan bahwa anggota Dewan Keamanan dan keluarga besar PBB menyadari sepenuhnya masalah keamanan di Gaza.
Meski demikian, Zaccheo menyebutkan bahwa jika keamanan memang memungkinkan untuk disediakan, hal itu kemungkinan tidak memerlukan resolusi dari Dewan Keamanan PBB.
Serangan militer Israel yang terus berlanjut di Jalur Gaza telah menewaskan lebih dari 40.000 warga Palestina.
Lebih dari 10 bulan sejak perang dimulai, sebagian besar wilayah Gaza kini hancur lebur, dengan blokade yang mencegah masuknya makanan, air bersih, dan obat-obatan.
Israel kini dituduh melakukan genosida di Pengadilan Internasional. Pengadilan tersebut telah memerintahkan Israel untuk segera menghentikan operasi militernya di kota Rafah, tempat lebih dari satu juta warga Palestina berlindung sebelum kota itu diduduki pada 6 Mei lalu.
Situasi di Gaza terus memburuk, sementara upaya internasional untuk menghentikan konflik dan membawa perdamaian ke wilayah tersebut masih jauh dari kata berhasil.
Baca Juga: Presiden Palestina Mahmoud Abbas Putuskan Pergi ke Gaza: meski Risikonya Bertaruh Nyawa
Sumber : Anadolu
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.