MANILA, KOMPAS.TV – Wakil Presiden Filipina Sara Duterte mengundurkan diri dari kabinet Presiden Ferdinand 'Bongbong' Marcos Jr, Rabu (19/6/2024). Sara Duterte mundur dari jabatan rangkapnya sebagai Menteri pendidikan dan kepala gugus tugas anti-pemberontakan.
Melansir Associated Press, mundurnya Sara ditengarai akibat perbedaan pendapat, termasuk dalam upaya menangkap seorang pemimpin agama yang dituduh terlibat pelecehan anak. Pun, penanganan Manila atas sengketa teritorial yang kian meningkat dengan Beijing.
Pengunduran diri Sara Duterte dari Kabinet Marcos diterima oleh Presiden dan akan berlaku efektif per 19 Juli mendatang, kata Menteri Komunikasi Filipina Cheloy Garafil. Hingga saat itu, imbuhnya, Sara Duterte akan tetap menjadi wakil presiden.
Sara Duterte, 46 tahun, tidak mengungkap alasan pengunduran dirinya. Namun, Garafil menyebut ada permusuhan politis terbuka antara ayahnya, eks Presiden Filipina Rodrigo Duterte, dengan Bongbong Marcos.
Baca Juga: China Murka AS Kirim Sistem Peluncur Rudal Canggih ke Filipina, Laut China Selatan Semakin Tegang
Adapun Sara Duterte dan Bongbong Marcos Jr, putra diktator Filipina Ferdinand Marcos, berkongsi dan memenangkan pilpres Filipina pada 2022. Aliansi putra dan putri dua pemimpin otoriter itu sukses menangguk suara, di tengah kekhawatiran para aktivis hak asasi manusia. Kendati begitu, hambatan politik mengadang aliansi yang disebut dilakukan tergesa itu.
Awal tahun ini, Rodrigo Duterte menuding sekutu legislatif Marcos merencanakan untuk mengubah konstitusi untuk mencabut batasan masa jabatan.
Rodrigo memperingatkan Marcos bahwa hal itu dapat membuatnya diusir oleh pemberontakan seperti yang dialami ayahnya, mendiang diktator Ferdinand Marcos, pada 1986. Rodrigo juga menuduh Bongbong Marcos sebagai pecandu narkoba.
Bongbong Marcos menertawakan tuduhan-tuduhan Rodrigo. Sebaliknya, ia mengeklaim bahwa pendahulunya itu menggunakan fentanil, opioid kuat.
Rodrigo Duterte dan putrinya Sara mendukung Apollo Carreon Quiboloy, pemimpin gereja berbasis di Filipina yang dikenal sebagai Kerajaan Yesus Kristus, yang dicari oleh pihak berwenang Filipina karena diduga terlibat dalam eksploitasi dan pelecehan anak.
Quiboloy juga didakwa sejumlah dakwaan di Amerika Serikat (AS), termasuk konspirasi, perdagangan seks anak, dan perdagangan seks dengan kekerasan. Quiboloy membantah tuduhan-tuduhan itu.
Terkait isu sengketa Laut China Selatan dan langkah agresif China atas Filipina, Bongbong Marcos menjadi salah satu pengkritik paling vokal atas tindakan Beijing. Ini kontras betul dengan penolakan Sara sang Wapres dalam mengomentari masalah tersebut.
Baca Juga: Washington Peringatkan Beijing, AS Siap Bela Filipina usai Bentrokan di Laut China Selatan
Ayah Sara menjalin hubungan baik dengan Presiden China Xi Jinping dan Presiden Rusia Vladimir Putin selama masa jabatannya. Rodrigo juga kerap mengkritisi kebijakan AS dan sekutu Baratnya.
Sementara Marcos yang menjabat pada 2022, menjalin hubungan erat dengan Washington. Ia berkilah bahwa AS harus hadir di Asia sebagai penyeimbang China.
Marcos juga mengumumkan ia akan mengubah kebijakan Rodrigo dalam memberantas obat-obatan terlarang. Saat Rodrigo menjabat, ia melakukan penindakan keras hingga mengakibatkan ribuan warga tewas, sebagian besar para tersangka narkoba yang miskin. Marcos menyebut ia akan mengubah arah kebijakan penindakan narkoba ke rehabilitasi para pecandu narkoba.
Pembunuhan mereka yang diduga terlibat narkoba di bawah masa kepemimpinan Rodrigo sendiri telah memicu penyelidikan oleh Pengadilan Kriminal Internasional sebagai kemungkinan kejahatan terhadap kemanusiaan.
Sumber : Associated Press
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.