BRUSSELS, KOMPAS.TV - Presiden Rusia Vladimir Putin tidak berhak menuntut Ukraina untuk mengakhiri perang, kata Menteri Pertahanan Amerika Serikat Lloyd Austin hari Jumat, 14/6/2024. Austin memuji keberhasilan militer Kiev dalam menghadapi invasi besar-besaran dari Moskow.
Putin sebelumnya pada 14 Juni mengatakan bahwa Rusia akan mengakhiri perang di Ukraina jika Kiev setuju meninggalkan ambisinya untuk menjadi anggota NATO, menyerahkan empat provinsi yang diklaim oleh Moskow, dan melakukan demiliterisasi.
"Dia tidak berhak mendikte Ukraina tentang apa yang harus mereka lakukan untuk mencapai perdamaian," kata Austin kepada wartawan di markas besar NATO di Brussels. Rusia saat ini menguasai hampir seperlima wilayah Ukraina pada tahun ketiga perang ini.
Ukraina menegaskan perdamaian hanya bisa terjadi jika pasukan Rusia sepenuhnya ditarik dan integritas teritorialnya dipulihkan.
"Dia telah menyebabkan ratusan ribu tentaranya terluka dan tewas dalam invasi yang tidak adil dan tidak beralasan ini. Dia bisa mengakhiri ini hari ini jika dia mau. Kami mendesaknya untuk melakukannya dan meninggalkan wilayah Ukraina yang berdaulat," kata Austin.
Dalam pidatonya, Presiden Putin mengatakan "keberadaan masa depan Ukraina" tergantung pada penarikan pasukannya, adopsi status netral, dan dimulainya pembicaraan dengan Rusia. Dia juga mengatakan situasi militer Kiev akan memburuk jika tawaran tersebut ditolak.
Pidato Putin ini dipandang Barat bermaksud mengantisipasi pertemuan puncak Ukraina di Swiss, yang disebut sebagai "konferensi perdamaian" meskipun Rusia tidak diundang. Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mencari dukungan internasional untuk syarat-syarat Kiev mengakhiri perang.
Baca Juga: Pertama Kali, Putin Paparkan Syarat untuk Pembicaraan Damai dengan Ukraina
Pernyataan Putin juga muncul menjelang pertemuan puncak NATO di Washington, di mana sekutu Ukraina masih berbeda pendapat tentang bagaimana memperkuat pernyataan NATO mengenai masa depan keanggotaan Ukraina di aliansi tersebut.
Garis resmi NATO adalah Ukraina akan bergabung dengan aliansi suatu hari nanti, tetapi tidak saat negara tersebut sedang berperang. "Masa depan Ukraina ada di NATO," kata pemimpin NATO pada pertemuan puncak di Vilnius tahun 2023.
Beberapa sekutu ingin memperkuat pernyataan ini dengan menyatakan jalur keanggotaan Ukraina "tidak dapat diubah," menurut diplomat.
Austin menghindari isu tersebut dengan mengatakan ekspansi NATO tidak mungkin terjadi dalam waktu dekat. "Dalam hal ekspansi NATO, saya pikir itu adalah keputusan yang akan dibuat oleh 32 anggota aliansi NATO pada suatu saat nanti. Saya tidak melihat ada keinginan atau indikasi bahwa kami akan mengejar ekspansi dalam waktu dekat," kata Austin.
Austin mengatakan dia menduga akan selalu ada negara yang ingin bergabung dengan NATO, tetapi saat ini aliansi ingin fokus pada anggota terbarunya, yaitu Swedia dan Finlandia.
"Saya pikir saat ini, anggota aliansi ingin melihat situasi stabil dan tenang saat kami menyambut anggota baru dan terus menyempurnakan rencana kami," kata Austin.
Sumber : Straits Times
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.