NEW DELHI, KOMPAS.TV - Lembaga-lembaga pendidikan seperti sekolah dan kampus, di Kerala, India, untuk sementara ditutup akibat gelombang panas yang melanda negara tersebut.
Pemerintah daerah di Kerala menutup operasional sekolah dan kampus hingga Senin (6/5/2024) untuk menghindari dampak dari gelombang panas yang terjadi.
Dilansir Xinhua, Sabtu (4/5/2024), pejabat setempat mengimbau masyarakat untuk meminimalkan paparan sinar matahari langsung dan mendesak pihak berwenang untuk terus memantau situasi guna menghindari kebakaran.
Departemen Meteorologi India memperkirakan gelombang panas akan terus terjadi di distrik Alappuzha, Palakkad, Thrissur, dan Kozhikode. Wilayah-wilayah tersebut masuk dalam daerah dengan peringatan warna kuning.
Suhu maksimum di distrik Palakkad diprediksi akan meningkat hingga 40 derajat celcius, dan di distrik Kollam, Thrissur, dan Kozhikode diperkirakan akan meningkat hingga 39 derajat celcius.
Sebelumnya, menurut pemberitaan media lokal, dua orang tewas awal pekan ini di Kerala akibat gelombang panas yang masih terus berlangsung.
Suhu panas sejauh ini juga terjadi di Indonesia dan dirasakan oleh masyarakat pada siang hari.
Baca Juga: Kata BMKG soal Kemungkinan Gelombang Panas Terjadi di Indonesia
Namun Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) membantah suhu panas di Indonesia diakibatkan oleh gelombang panas atau heat wave seperti di India dan beberapa negara Asia lainnya.
Deputi Bidang BMKG Guswanto menegaskan, suhu panas yang terjadi di Indonesia pada awal Mei 2024, tidak berkaitan dengan gelombang panas di Asia.
Guswanto menjelaskan, suhu panas ini berkaitan dengan periode peralihan musim atau pancaroba dari musim hujan ke musim kemarau.
Sebanyak 63,66 persen zona musim (ZOM) di Indonesia diprediksi akan memasuki periode musim kemarau pada Mei hingga Agustus 2024.
"Sebagian wilayah Indonesia mulai mengalami awal kemarau dan sebagian wilayah lainnya masih mengalami periode peralihan musim atau pancaroba, sehingga potensi fenomena suhu panas dan kondisi cerah di siang hari masih mendominasi cuaca secara umum di awal Mei 2024," kata Guswanto dalam siaran pers, Jumat (3/5/2024).
Selain itu, kata dia, suhu panas di Indonesia merupakan siklus tahunan yang terjadi akibat gerak semu matahari sehingga suhu panas ini tidak berkaitan dengan fenomena heat wave.
Menurut World Meteorological Organization (WMO), heat wave adalah fenomena kondisi udara panas yang terjadi selama lima hari atau lebih berturut-turut dengan suhu maksimum harian lebih tinggi 5 derajat celsius daripada suhu maksimum rata-rata.
Baca Juga: Gelombang Panas Argentina Capai 40 Derajat Celsius, Terjadi Kekeringan Hinggga Pemadaman Listrik
Sumber : Xinhua
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.