OVIEDO, KOMPAS.TV - Para pemimpin Spanyol, Irlandia, Slovenia, dan Malta merilis pernyataan bersama, mengumumkan mereka akan mengakui negara Palestina merdeka dan berdaulat, Jumat (22/3/2024).
Pernyataan tersebut menyatakan para pemimpin negara-negara tersebut sepakat bahwa "satu-satunya cara untuk mencapai perdamaian dan stabilitas yang abadi di wilayah tersebut adalah melalui implementasi solusi dua negara, dengan Negara Israel dan Palestina hidup berdampingan, dalam perdamaian dan keamanan."
Pernyataan tersebut mengatakan keempat pemimpin membahas "kesiapan" mereka untuk mengakui Palestina yang merdeka. Ditambahkan, mereka akan melakukannya "ketika dapat memberikan kontribusi positif dan keadaannya tepat."
Perdana Menteri Spanyol Pedro Sanchez menawarkan lebih banyak rincian setelah pertemuan Dewan Eropa di Brussels.
Walau pernyataan bersama itu "terkesan samar" tentang waktu pengakuan, Sanchez mengatakan, "Keputusan sudah dibuat untuk mengakui Palestina, sekarang hanya soal kapan."
Sejak akhir tahun lalu, Sanchez bersumpah akan mengakui Palestina dalam masa pemerintahan ini. Bagi Spanyol, itu berarti kapan saja dalam tiga setengah tahun ke depan paling lama.
Dia menambahkan kesimpulan Dewan Eropa hari Kamis menempatkan Spanyol dalam posisi "legitimasi yang lebih besar sehingga berbagai negara di blok tersebut dapat mengambil langkah ini."
Pada Kamis, kesimpulan Uni Eropa membicarakan "situasi kemanusiaan yang menghancurkan di Gaza dan dampaknya yang tidak proporsional terhadap warga sipil", serta "kelaparan yang disebabkan oleh kurangnya masuknya bantuan ke Gaza."
Untuk pertama kalinya, UE secara bulat meminta gencatan senjata Gaza.
Baca Juga: Ikuti Kanada, Swedia Kembali Beri Bantuan Dana ke Badan PBB untuk Pengungsi Palestina UNRWA
"Jujur, sekarang adalah waktunya," kata Sanchez kepada jurnalis, menambahkan akan penting untuk memantau keputusan Dewan Keamanan PBB, serta kemampuan Otoritas Palestina yang direformasi untuk mengatur dalam beberapa minggu mendatang.
"Dalam konteks Spanyol, ini tidak ada hubungannya dengan ideologi. Ada banyak orang dari kiri, kanan, dan tengah yang tidak tahan melihat apa yang terjadi, semua penderitaan di Jalur Gaza, ketidakadilan di Tepi Barat. Dan mereka benar-benar takut akan eskalasi konflik yang sudah berlangsung selama berbulan-bulan. Kita perlu berkontribusi untuk mengakhirinya," tambah perdana menteri sosialis tersebut.
Sanchez juga menyoroti bahwa keempat negara Uni Eropa yang bersedia melakukan langkah tersebut berasal dari wilayah yang berbeda di Eropa dan diperintah oleh partai yang berbeda.
Perdana Menteri Slovenia, Robert Golob, adalah anggota Gerakan Kebebasan sosial liberal; Perdana Menteri Malta, Robert Abela, berasal dari Partai Buruh; dan Taoiseach atau Pemimpin atau Perdana Menteri Irlandia, Leo Varadkar, dari partai sayap kanan tengah Fine Gael. Namun, Varadkar mengumumkan pengunduran dirinya pada awal pekan ini.
Setidaknya 32.070 warga Palestina tewas dalam serangan Israel di Jalur Gaza sejak Oktober lalu, demikian Kementerian Kesehatan di enklave yang dikepung tersebut mengatakan pada Jumat.
Pernyataan kementerian itu mengatakan bahwa 74.298 warga Palestina juga telah terluka dalam serangan yang terus berlanjut hingga hari ke-168.
Dalam 24 jam terakhir, katanya, pasukan Israel melakukan sembilan "pembantaian" di seluruh Jalur Gaza, menewaskan 82 orang dan melukai 110 lainnya.
"Banyak orang masih terjebak di bawah reruntuhan dan di jalan-jalan dan penyelamat tidak dapat mencapai mereka," tambah pernyataan itu.
Sumber : Associated Press
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.