Kompas TV internasional kompas dunia

Pasukan Israel Persiapkan Pertempuran Darat, Korban Tewas di Palestina Sudah Lampaui 10.000 Orang

Kompas.tv - 7 November 2023, 07:24 WIB
pasukan-israel-persiapkan-pertempuran-darat-korban-tewas-di-palestina-sudah-lampaui-10-000-orang
Warga Palestina mencari korban selamat di antara reruntuhan bangunan yang hancur akibat serangan udara Israel ke kamp pengungsi Khan Younis di selatan Jalur Gaza, wilayah Palestina yang diduduki Israel sejak 1967 dan diblokade sejak 2007, Senin, 6 November 2023. (Sumber: AP Photo/Mohammed Dahman)
Penulis : Tussie Ayu | Editor : Vyara Lestari

KHAN YOUNIS, KOMPAS.TV — Tentara Israel memisahkan Gaza utara dari sisa wilayah yang terkepung dan menggempurnya dengan serangan udara pada Senin (6/11/2023). Israel juga mempersiapkan pertempuran darat melawan kelompok militan Hamas di Gaza dan fase yang lebih berdarah pada bulan ini. 

“Jumlah korban jiwa warga Palestina telah melampaui 10.000 orang,” kata Kementerian Kesehatan Jalur Gaza yang dikuasai Hamas, Senin. Jumlah itu merupakan akumulasi antara pejuang dan warga sipil. Di sisi lain, sekitar 1.400 warga Israel tewas.

Perang ini telah menjadi kekerasan Israel-Palestina yang paling mematikan sejak berdirinya Israel 75 tahun yang lalu. 

Jumlah korban kemungkinan akan meningkat tajam ketika perang berubah menjadi pertempuran jarak dekat di perkotaan. 

Sementara itu media Israel melaporkan, pasukan diperkirakan akan segera memasuki Kota Gaza dan milisi Palestina yang telah mempersiapkan diri selama bertahun-tahun kemungkinan besar akan bertempur dari jalan ke jalan dan melancarkan penyergapan dari jaringan terowongan yang luas.

Baca Juga: Lebih Dari 10.000 Warga Palestina Tewas karena Serangan Israel di Gaza, Pembersihan Etnis Nyata?

“Kami mendekati mereka,” kata Letkol Richard Hecht, juru bicara militer Israel. “Kami telah menyelesaikan pengepungan kami, memisahkan benteng Hamas di utara dari selatan,” ujarnya seperti dikutip dari The Associated Press


Beberapa ratus ribu orang diyakini masih berada di wilayah utara di jalur serangan tersebut. Militer mengatakan koridor satu arah bagi penduduk Kota Gaza dan sekitarnya untuk mengungsi ke selatan masih tersedia. Namun, banyak yang takut menggunakan jalur tersebut karena sebagian telah dikuasai oleh pasukan Israel.

Dalam beberapa hari terakhir, serangan udara telah menghantam fasilitas PBB tempat ribuan orang berlindung, serta rumah sakit, yang kewalahan menangani korban luka dan kehabisan pasokan listrik.

“Sebuah serangan pada Senin pagi menghantam atap Rumah Sakit Shifa di Kota Gaza, dan menewaskan sejumlah pengungsi yang berlindung di lantai paling atas dan menghancurkan panel surya,” kata Mohamed Zaqout, manajer umum semua rumah sakit di Gaza. 

Panel-panel tersebut telah membantu menjaga listrik tetap menyala di fasilitas tersebut, yang telah dikurangi menjadi hanya menggunakan satu generator karena kekurangan bahan bakar.

Serangan itu terjadi pada salah satu malam dimana terjadi pengeboman terbesar yang pernah terjadi di Gaza utara. Israel mengatakan pihaknya menyerang 450 sasaran dalam semalam dan menewaskan sejumlah komandan militer Hamas. Israel menyalahkan Hamas atas jatuhnya korban sipil, dan menuduh militan tersebut beroperasi di lingkungan pemukiman.

Rentetan serangan semalam menghancurkan rumah-rumah, menguburkan sejumlah orang yang tidak diketahui jumlahnya di dalamnya di kamp pengungsi Shati. Kamp tersebut merupakan sebuah distrik padat penduduk di pantai Mediterania yang berdekatan dengan pusat Kota Gaza. 

Baca Juga: Rusia Berseru Hentikan Perang di Gaza, Lanjutkan Gencatan Senjata hingga Negosiasi Palestina-Israel

Ghassan Abu Sitta, seorang ahli bedah di Rumah Sakit Shifa, mengatakan kepada The Associated Press bahwa gedung rumah sakit berguncang sepanjang malam akibat pengeboman tersebut. “Dan kami mulai mengevakuasi mayat dan korban luka. Itu sangat buruk,” ujarnya.

Sekitar 70% dari 2,3 juta penduduk Gaza telah meninggalkan rumah mereka sejak perang dimulai. Makanan, obat-obatan, bahan bakar dan air semakin menipis, dan sekolah-sekolah yang diubah menjadi tempat penampungan yang dikelola oleh PBB sudah melebihi kapasitasnya. Bahkan banyak orang yang tidur di jalanan.

Layanan telepon seluler dan internet terputus dalam semalam, pemadaman ketiga di seluruh wilayah sejak dimulainya perang. Namun layanan interner secara bertahap pulih pada hari Senin.


 



Sumber : Associated Press



BERITA LAINNYA



Close Ads x