KABUL, KOMPAS.TV - Petani Afghanistan diperkirakan kehilangan pendapatan senilai lebih satu miliar dolar Amerika Serikat (AS) atau sekitar Rp15,59 triliun karena pemerintahan Taliban melarang penanaman bunga opium. Hal tersebut disampaikan dalam Kantor Perserikatan Bangsa-Bangsa Urusan Narkoba dan Kejahatan (UNODC).
Afghanistan sebelumnya dikenal sebagai produsen opium terbesar di dunia sekaligus sumber heroin utama bagi pasar Eropa dan Asia. Namun, perdagangan narkoba ini diberantas usai Taliban merebut kendali pemerintahan Afghanistan pada 2021 silam.
Baca Juga: Heboh Gajah Temukan 2,8 Kg Opium di Hutan di China, Netizen Sematkan Julukan Agen Rahasia
Taliban sendiri telah berjanji memberantas bisnis kultivasi narkoba di Afghanistan dan menetapkan larangan resmi pada April 2022. UNODC melaporkan, kultivasi narkoba berkurang hingga 95 persen sejak larangan tersebut.
Sebelumnya, Afghanistan mencatatkan pendapatan tinggi dari kultivasi opium. PBB melaporkan ekspor opium Afghanistan kerap melampaui nilai ekspor resmi negara itu hingga larangan Taliban.
Pelarangan kultivasi opium pun diperkirakan akan menimbulkan konsekuensi meluas terhadap ekonomi Afghanistan. Ekspor opium sebelumnya menyumbang 9-14 persen total PDB nasional Afghanistan.
Lebih lanjut, Direktur Eksekutif UNODC Ghada Waly menyampaikan bahwa masyarakat Afghanistan membutuhkan bantuan kemanusiaan segera untuk menanggulangi kehilangan pendapatan akibat pellarangan opium dan menyelamatkan warga.
"Afghanistan sangat membutuhkan investasi besar dalam bentuk mata pencaharian berkelanjutan untuk menyediakan kesempatan bagi warga Afghanistan untuk terlepas dari opium," kata Waly, Minggu (5/11/2023) dikutip Associated Press.
Kondisi masyarakat Afghanistan memburuk beberapa tahun belakangan akibat kekeringan, kesulitan ekonomi, dan konsekuensi bekepanjangan dari beberapa dekade peperangan.
Baca Juga: Pakistan Lancarkan Kebijakan AntiMigran, Pengungsi Afghanistan Ramai-Ramai Pulang ke Negeri Taliban
Sumber : Associated Press
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.