WASHINGTON, KOMPAS.TV - Departemen Luar Negeri (Deplu) Amerika Serikat (AS) menyerukan kepada warga AS di seluruh dunia untuk lebih hati-hati.
Peringatan tersebut dikeluarkan Deplu AS karena meningkatnya ketegangan di berbagai lokasi di seluruh dunia.
Selain itu juga meningkatnya potensi serangan teroris, dan demontrasi atau tindakan kekerasan tehadap warga dan kepentingan AS.
Baca Juga: Ratusan Staf Uni Eropa Kecam Dukungan Berlebihan Pemimpinnya untuk Israel, Disebut Tak Terkontrol
Peringatan kehati-hatian di seluruh dunia itu merupakan pesan penting di tengah protes yang pecah di Timur Tengah, imbas perang Palestina-Israel.
Akibat konflik tersebut banyak demonstran yang menargetkan kompleks diplomatik AS di berbagai negara dunia.
“Kami mempertimbangkan sejumlah faktor ketika mengambil keputusan untuk mengeluarkan peringatan global,” ujar Juru Bicara Deplu AS Matt Miller, Kamis (19/10/2023).
“Tidak hanya untuk satu kejadian saja, tapi semua hal yang kami amati di seluruh dunia,” ujarnya.
Pada beberapa pekan terakhir, Deplu AS telah meningkatkan peringatan perjalanan ke Lebanon dan Israel ke lebel tertinggi.
Mereka juga telah mengizinkan personel non-darurat Pemerintahan AS dan keluarganya untuk pergi dari sana.
Menteri Luar Negeri (Menlu) AS Antony Blinken mengirim kabel diplomatik ke seluruh dunia dan memerintahkan mereka melakukan tunjauan keamanan darurat.
Pada peringatan itu, warga AS di luar negeri diminta untuk waspada di lokasi yang sering dikunjungi wisatawan.
Baca Juga: Dukungan Total AS ke Israel Disebut Kesalahan Parah, Pengamat Ungkap Alasannya
Mereka juga diminta mendaftar di program pendaftaran Wisatawan Cerdas (STEP) Deplu AS untuk menerima informasi dan peringatan serta mempermudah untuk menemukan mereka dalam keadaan darurat di luar negeri.
Terakhir kali Departemen Luar Negeri AS mengeluarkan peringatan global adalah pada Agustus 2022.
Mereka mengeluarkannya setelah pembunuhan Pemimpin Al-Qaeda, Ayman Al-Zawahiri, dan memperingatkan bahwa para pendukung Al-Qaeda atau organisasi teroris afiliasinya mungkin berusaha menyerang fasilitas, personel atau warga negara AS.
Sumber : CNN
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.