DERNA, KOMPAS.TV - Pejabat Libya menolak disalahkan atas tewasnya puluhan ribu orang karena banjir besar yang melanda Kota Derna di negara itu pada Senin (11/9/2023) lalu.
Juru bicara pemerintah Libya yang berbasis di Benghazi, Othman Abdul Jalil, membantah tuduhan banyaknya korban tewas tersebut karena masyarakat diminta untuk tinggal di rumah.
Ia mengatakan tentara sudah memperingatkan warga Kota Derna untuk mengungsi setelah dua bendungan di kota itu jebol.
Abdul Jalil membantah tuduhan bahwa pemerintah meminta masyarakat untuk tidak mengungsi.
Baca Juga: AS Pertanyakan Hilangnya Menhan China Li Shangfu, Munculkan Spekulasi Jadi Tahanan Rumah
Namun ia mengakui beberapa orang mungkin sempat meremehkan potensi bahaya yang mengintai.
Dilansir BBC, Sabtu (16/9/2023), Abdul Jalil juga membantah dugaan para pejabat di TV Libya memerintahkan orang-orang untuk tetap di rumah karena cuaca buruk pada Minggu (10/9/2023) atau sehari sebelum bencana.
Pada Kamis (14/9/2023), akademisi Libya sekaligus kepala Partai Taghyeer, Guma El-Gamaty, mengatakan seharusnya orang-orang di zona banjir, dievakuasi.
Tetapi menurutnya, pemerintah Libya malah meminta mereka untuk tetap tinggal di dalam rumah dan tidak ke luar.
Namun Wali Kota Derna mengaku kepada media berbahasa Arab, Al-Hadath, ia secara pribadi telah memerintahkan warga untuk mengungsi sekitar tiga atau empat hari sebelum bencana.
Baca Juga: Kesaksian Horor Warga Korban Banjir Libya: Jasad Perempuan dan Anak-Anak Terapung Melewati Kami
Menurut penuturan penyintas banjir, ketika cuaca memburuk, polisi dan militer memberi tahu warga agar meninggalkan rumah-rumah mereka untuk menuju dataran yang lebih tinggi. Tapi sepertinya banyak yang tidak menganggap serius ancaman bencana.
Saat ini, dilaporkan sudah lebih dari 11.000 orang tewas karena banjir besar. Wali Kota Derna memperingatkan korban tewas bisa mencapai 20.000 orang.
Sumber : BBC
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.