STOCKHOLM, KOMPAS.TV - Perdana Menteri (PM) Ulf Kristersson Swedia mulai ketakutan dan sangat prihatin atas semakin banyak permintaan demonstrasi bakar Al-Quran.
Ia mulai menakutkan dampak yang akan diterima negaranya dengan banyak permintaan demonstrasi yang menyerang satu agama tertentu.
Pembakaran Al-Quran di Swedia dan Denmark telah menyakiti banyak negara Islam, termasuk Turki yang dukungannya diperlukan Swedia untuk gabung NATO.
Kristersson mengungkapkan telah banyak permintaan yang diajukan ke kepolisian untuk diizinkan melakukan protes dengan pembakaran Al-Quran.
Baca Juga: Pemimpin Kudeta Militer Niger Klaim Jadi Kepala Negara, Bos Wagner Langsung Beri Dukungan
“Jika diizinkan, maka kita akan menghadapi apa yang dikemudian hari sebagai risiko yang jelas atas kejadian serius yang terjadi,” katanya kepada Kantor Berita Swedia TT dilansir dari The Guardian, Jumat (28/7/2023).
“Saya sangat khawatir karena kemana itu akan menuju,” tambahnya.
Meski begitu, Kristersson mengungkapkan keputusan untuk mengabulkan izin atas demonstrasi tersebut tergantung kepada polisi.
Kepala Badan Keamanan Swedia (SAPO), Charlotte von Essen mengungkapkan saat ini Swedia mulai dipandang sebagai negara intoleran.
“Swedia telah bergeser dari negara toleran dan kini dipandang sebagai tanah anti-Islam,” katanya.
Baca Juga: Buntut Pembakaran Al-Quran, Irak Usir Duta Besar Swedia
Pemerintah Denmark dan Swedia mengatakan mereka menyesalkan pembakaran Al-Quran.
Meski begitu, mereka tak dapat mencegahnya di bawah aturan yang melindungi kebebasan berbicara.
Demonstrasi pembakaran Al-Quran yang terbaru terjadi pada 28 Juni lalu, yang dilakukan pria keturunan Irak.
Akibatnya, Kedutaan Besar Swedia di Baghdad diserbu dan pada 20 Juli lalu, sempat dibakar setelah mendengar akan kembali terjadinya pembakatan Al-Quran.
Sumber : The Guardian
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.