MOSKOW, KOMPAS.TV - Berbagai negara diklaim tertarik bergabung dengan kelompok ekonomi BRICS yang digadang-gadang menjadi pesaing G7. Kalangan pakar menilai bahwa belakangan ini, BRICS berupaya memosisikan diri sebagai "kekuatan alternatif" dan representatif Global South, suatu istilah yang merujuk negara-negara berkembang yang umumnya terletak di belahan bumi selatan.
Wakil Direktur Institute for International and Security Affairs Jerman (SWP) Guenther Maihold menyebut BRICS kini menemukan momentum untuk berekspansi. Negara-negara Global South pun dinilai menjadi calon anggota potensial.
"Mitos dari ekomomi berkembang sudah memudar. Negara-negara BRICS tengah mengalami momen geopolitik mereka," kata Maihold dikutip DW.
Baca Juga: Jadi Buronan ICC, Putin Tak Hadir KTT BRICS, Presiden Afsel: Menangkapnya Sama Saja Deklarasi Perang
Jelang KTT BRICS di Afrika Selatan pada 22-24 Agustus mendatang, Rusia pun menggelar sejumlah acara. Pada pekan ini, lembaga wadah pemikir Rusia, Valdai Discussion Club menggelar Konferensi Rusia-Afrika pada Selasa (25/7). Acara ini digelar sebelum KTT dan Forum Ekonomi Rusia Afrika pada 27-28 Juli.
Pada kesempatan tersebut, diplomat Rusia, Oleg Ozorov mengeklaim bahwa negara-negara Afrika kini meninggalkan Barat dan lebih condong ke Rusia. Ia menyebut bahwa Rusia memiliki prioritas untuk "mengembalikan hubungan-hubungan mendalam dan beraneka dengan benua Afrika."
Jelang KTT, akademisi dari negara-negara BRICS juga melontarkan argumen bahwa perkembangan kelompok ekonomi itu semakin ditakuti Barat. Profesor sosiologi dari University of Free State Afrika Selatan, Pedro Mzileni menyebut BRICS menjadi tantangan bagi dominasi Barat.
"Ekspansi BRICS menimbulkan ancaman internasional terhadap sistem unioplar yang dioperasikan di dunia, yang mana didominasi dan dikendalikan AS selama 70 tahun terkini," kata Mzileni dikutip TASS, Senin (24/7).
Setelah invasi Rusia ke Ukraina yang memicu upaya pengucilan ekonomi Barat terhadap Moskow, BRICS justru dilaporkan semakin berkembang. Berbagai negara diklaim tertarik bergabung kelompok ekonomi tersebut.
Kantor berita Rusia TASS mengeklaim bahwa Indonesia termasuk salah satu negara yang tertarik bergabung dengan BRICS. Blok ekonomi ini disebut menawarkan kemandirian ekonomi kepada negara-negara Global South.
"BRICS beranggotakan Brasil, Rusia, India, China, dan Afrika Selatan. Lebih lanjut, Ethiopia, Aljazair, Bangladesh, dan Mesir secara resmi telah mendaftarkan diri untuk keanggotaan BRICS. Argentina, Iran, juga Indonesia, Arab Saudi, dan Turki telah menyampaikan ketertarikan bergabung kelompok tersebut," demikian tulis laporan TASS.
Mikatekiso Kubayi, akademisi dari Institute for Global Dialogue Afrika Selatan, menyebut BRICS memberi kesempatan untuk menjalin hubungan perdagangan tanpa paksaan "senjata." Kubayi menyebut keberadaan BRICS menciptakan pasar luas baru dan kesempatan bekerja sama antarnegara-negara anggota.
"BRICS memungkinkan Global South dan Afrika untuk melihat bahwa situasinya bisa berbeda, bahwa orang-orang bisa menjaga hubungan perdangan dengan bebas satu sama lain tanpa pembatasan seperti yang kita lihat sebelumnya," kata Kubayi dikutip TASS, Selasa (25/7).
"Inilah yang diberikan BRICS kepada dunia, ini adalah kesempatan untuk sesuatu yang berbeda, kesempatan untuk menjalin perdagangan tanpa prasyarat apa pun atau todongan senjata," lanjutnya.
Baca Juga: Kremlin Tuding Kiev Serang Moskow dan Krimea saat Pasukan Rusia Bombardir Selatan Ukraina
Sumber : Kompas TV/TASS
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.