YERUSALEM, KOMPAS.TV - Presiden Palestina Mahmoud Abbas mengunjungi kamp pengungsi Jenin di Tepi Barat, Rabu (12/7/2023). Kunjungan itu dilakukan setelah serangan besar Israel pada pekan lalu. Kunjungan ini merupakan pertama kalinya dilakukan Abbas, setelah pertama kali mengunjungi kamp tersebut tahun 2005.
Kunjungan yang berlangsung selama lebih dari satu jam itu terjadi pada saat ketidakpuasan yang membara di antara warga Palestina di Tepi Barat terhadap Presiden Abbas dan Otoritas Palestina. Presiden berusia 87 tahun itu dipandang rakyatnya tidak berhubungan baik dengan publik dan jarang keluar dari markasnya di Ramallah.
Kunjungan pemimpin Palestina ke kamp pengungsi Jenin dilakukan seminggu setelah Israel melancarkan operasi militer besar-besaran selama dua hari di sana. Itu adalah serangan Israel terbesar di Tepi Barat dalam hampir dua dekade, dan menewaskan sedikitnya 12 warga Palestina dan satu tentara Israel.
Selain itu, ribuan orang meninggalkan rumah mereka dan meninggalkan sebagian besar kamp dalam reruntuhan. Tentara Israel mengatakan operasi itu diperlukan untuk menindak kelompok-kelompok militan Palestina menyusul serentetan serangan baru-baru ini.
Abbas tiba di Jenin dengan helikopter Yordania pada Rabu sore. Ribuan orang mengerumuni Presiden Abbas yang dikawal dengan ketat. Anak-anak mengejar iring-iringan mobilnya saat bergerak di sepanjang jalan. Dia mengunjungi kuburan para korban yang tewas karena serangan Israel minggu lalu dan meletakkan karangan bunga.
Baca Juga: Fadli Zon Kecam Aksi Brutal Israel ke Warga Palestina: Mereka Terbiasa Menyerang, PBB Tak Berfungsi
“Kamp Jenin adalah ikon perjuangan, ketabahan dan tantangan,” kata Abbas. Dia berjanji rekonstruksi kamp akan segera dimulai.
"Saya mengatakan kepada semua orang yang dekat dan jauh, negara ini aman dan otoritasnya akan tetap satu. Kita harus menyingkirkan pendudukan dan kita berkata kepada mereka: “Biarkan kami, kami akan tetap berada disini," ujarnya seperti dikutip dari Associated Press.
Kepemimpinan Abbas mendapat kecaman rakyat karena korupsi yang merajalela dan kurangnya kemajuan menuju kemerdekaan. Berdasarkan jajak pendapat publik Palestina pada bulan Juni, hanya 17% warga Palestina yang puas dengan kepemimpinan Abbas dan 80% rakyatnya ingin dia mengundurkan diri.
Otoritas Palestina telah lama menimbulkan kebencian atas kerja sama keamanannya dengan Israel, yang memungkinkan pasukan keamanannya menindak kelompok militan saingan seperti Hamas. Bahkan serangan Jenin semakin menurunkan reputasi Presiden Abbas di antara warga Palestina.
Presiden AS Joe Biden mengatakan dalam sebuah wawancara dengan CNN minggu ini bahwa otoritas Palestina telah kehilangan kredibilitasnya di antara warga Palestina dan telah menciptakan ruang hampa untuk ekstremisme di Tepi Barat.
Kunjungan Abbas terjadi setelah pernyataan dari kantor Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu bahwa pemerintahnya akan mengambil langkah-langkah untuk memperkuat Otoritas Palestina di Tepi Barat, tetapi tidak memberikan rincian tentang langkah apa yang akan diambil.
Sejak menjabat pada bulan Desember, beberapa menteri ultranasionalis dalam pemerintahan Netanyahu telah menyerukan agar Otoritas Palestina dibubarkan.
Baca Juga: Warga Palestina di Jenin Tak Akan Menyerah Usai Diserang Israel: Semangat Kami Tak Akan Hancur
Netanyahu mengepalai salah satu pemerintahan paling keras dalam sejarah Israel, yang terdiri dari faksi ultranasionalis dan ultra-Ortodoks bersama dengan partai Likud yang berkuasa.
Selama setahun terakhir, Israel telah melakukan serangan lanjutan ke wilayah Palestina sebagai balasan atas serangan mematikan Palestina yang menargetkan warga Israel selama setahun terakhir.
Lebih dari 150 warga Palestina telah tewas oleh serangan Israel sejak awal tahun ini, sementara setidaknya 26 orang tewas dalam serangan Palestina terhadap Israel.
Sumber : Associated Press
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.