WINA, KOMPAS.TV – Para ahli badan pengawas nuklir PBB, IAEA, yang berbasis di PLTN Zaporizhzhia hingga saat ini belum menemukan indikasi adanya ranjau atau bahan peledak di pembangkit listrik tersebut, tetapi mereka membutuhkan akses lebih lanjut untuk memastikannya.
Dirjen IAEA, Rafael Mariano Grossi, mengatakan inspeksi terbaru badannya di pembangkit listrik tersebut tidak menemukan aktivitas yang terkait dengan bahan peledak.
"Tetapi kami tetap sangat waspada," seperti dikutip dari Straits Times, Rabu (5/7/2023).
"Seperti yang Anda ketahui, terdapat banyak pertempuran di sana. Beberapa minggu yang lalu saya pergi ke sana, dan ada kontak yang sangat dekat dengan pembangkit listrik tersebut, jadi kita tidak bisa bersantai," ujar Grossi saat berkunjung ke Jepang.
Para ahli badan tersebut telah meminta akses tambahan ke atap dua unit reaktor, serta ke ruang turbin dan beberapa bagian sistem pendingin di pembangkit listrik tersebut untuk memastikan tidak adanya bahan peledak.
"Para ahli kami harus dapat memverifikasi fakta-fakta di lapangan. Pelaporan mereka yang independen dan obyektif akan membantu menjelaskan situasi saat ini di lokasi tersebut, yang sangat penting pada saat seperti ini, dengan adanya tuduhan dan kontra-tuduhan yang belum terkonfirmasi," kata Grossi dalam sebuah pernyataan.
Rusia dan Ukraina pada Selasa (4/7) saling tuduh berencana melakukan serangan terhadap pembangkit listrik tenaga nuklir terbesar di Eropa itu, di mana Badan Tenaga Atom Internasional IAEA berulang kali memperingatkan tentang potensi bencana akibat pertempuran militer yang terjadi di dekatnya.
Presiden Ukraina, Volodymyr Zelenskyy, Rabu (5/7) menuduh Rusia meletakkan bahan peledak di atas pembangkit listrik tenaga nuklir tersebut untuk menyalahkan Ukraina atas ledakan yang akan terjadi. Pernyataan IAEA secara otomatis membantah pernyataan Zelenskyy.
Baca Juga: Dunia Awasi Zaporizhzhia: Atap Stasiun Reaktor Disebut Dipasangi Bom, Seluruh Dunia Bisa Terimbas
Mengutip laporan intelijen terkini, Presiden Ukraina, Volodymyr Zelenskyy, mengklaim bahwa pasukan Rusia telah menempatkan "benda yang menyerupai bahan peledak" di atas beberapa unit pembangkit listrik tersebut untuk "mensimulasikan" serangan dari luar.
"Detonasi tersebut seharusnya tidak merusak unit-unit pembangkit listrik, tetapi dapat menciptakan gambaran bahwa pembangkit listrik tersebut mendapat serangan dari Ukraina," demikian pernyataan dari staf umum angkatan bersenjata Ukraina.
Associated Press memeriksa gambar satelit resolusi tinggi dari pembangkit listrik tersebut yang diambil pada hari Senin dan Rabu.
Foto-foto tersebut tidak menunjukkan perubahan yang terlihat pada atap-enam kubah beton penutup reaktor di pembangkit listrik tersebut atau bangunan-bangunan di sekitarnya.
Kedua negara saling menyalahkan atas penembakan yang berulang kali menjatuhkan jaringan listrik yang penting untuk pendinginan enam reaktor di pembangkit listrik tersebut dan mencegah terjadinya bencana nuklir.
Para ahli IAEA "dalam beberapa hari dan minggu terakhir memeriksa sebagian fasilitas, termasuk beberapa bagian dari sekeliling kolam pendingin yang besar - dan juga melakukan pemantauan reguler di seluruh lokasi, namun hingga saat ini belum mengamati tanda-tanda ranjau atau bahan peledak yang terlihat," demikian pernyataan IAEA.
"Para ahli IAEA meminta akses tambahan yang diperlukan untuk memastikan tidak adanya ranjau atau bahan peledak," tambah pernyataan tersebut.
Baca Juga: Korea Utara Beri Peringatan yang Bikin Bergidik, Semenanjung Korea Makin Dekat Perang Nuklir
"Pada khususnya, akses ke atap unit reaktor 3 dan 4 sangat penting, serta akses ke bagian-bagian ruang turbin dan beberapa bagian sistem pendingin di pembangkit listrik tersebut."
Kementerian Pertahanan Inggris bulan April mengatakan rekaman satelit dari bulan Maret menunjukkan Rusia telah mendirikan "pos-tempur yang terbuat dari kantong pasir di atap beberapa dari enam bangunan reaktor" di pembangkit listrik tersebut.
Sumber : Straits Times / Associated Press
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.