JAKARTA, KOMPAS.TV - Kasus seorang anak di bawah umur yang diperkosa oleh 11 orang di Parigi Moutong (Parimo), Sulawesi Tengah, terus menjadi sorotan. Bukan saja pelakunya yang punya jabatan, dari kepala desan hingga anggota Brimob, tapi juga karena Kapolda Kapolda Sulawesi Tengah (Sulteng) Irjen Agus Nugroho menyebut kasus tersebut bukan pemerkosaan tapi persetubuhan
"Tindakan para tersangka dilakukan sendiri-sendiri, tidak secara paksa melainkan ada bujuk rayuan dan iming-iming bahkan dijanjikan menikah," kata Agus. Pernyataan ini menimbulkan polemik.
Di India, kasus pemerkosaan yang melibatkan penegak hukum tak kalah mirisnya. Sebut saja pada 2022 silam, seorang polisi di negara bagian Utarr Pradesh, utara India, tengah diburu usai diduga memerkosa seorang korban pemerkosaan yang melapor kepadanya. Anggota polisi yang tidak diungkapkan namanya itu diduga memerkosa seorang gadis 13 tahun yang sebelumnya diperkosa empat pria.
Sebagaimana diwartakan BBC, Rabu 4 Mei 2022, gadis itu melapor ke kepolisian distrik Lalitpur didampingi bibinya pada bulan lalu. Walaupun berniat melayangkan aduan perkosaan, gadis itu diduga justru diperkosa polisi yang menerima laporan.
Berita pemerkosaan korban pemerkosaan oleh polisi ini pun memicu kemarahan publik India. Seorang pejabat kepolisian Uttar Pradesh mengaku, keanggotaan polisi itu tengah diskors dan kasus kriminal terhadapnya telah didaftarkan.
Baca Juga: Ditangkap, Satu Pelaku Pemeras Pelaku Perkosaan di Brebes, Ngaku Cuma Terima Rp1,6 Juta
Setahun sebelumnya, seorang hakim dari Pengadilan Tinggi India dikecam dan diminta untuk mundur karena caranya menangani kasus pemerkosaan. Hakim Sharad Bobde mendapatkan surat terbuka yang berisi kemarahan yang juga memintanya menarik pernyataan dan meminta maaf.
Hal itu terkait permintaan kontroversialnya terhadap pelaku pemerkosaan untuk menikahi korbannya. Pernyataannya itu dia utarakan saat menjadi hakim kepala, dari kasus pemerkosaan yang dilakukan lelaki berusia 23 tahun kepada seorang gadis.
“Jika Anda ingin menikahinya kami bisa membantu. Jika tidak, Anda akan kehilangan pekerjaan dan pergi ke penjara,” tutur Bobde dikutip dari BBC.
Komentarnya tersebut mengejutkan banyak orang, terutama mengingat tuduhan yang dibuat gadis itu terhadap sang pria yang merupakan seorang kerabat jauh.
Saat membuat tuduhan pemerkosaan tersebut pada 2014 hingga 2015, gadis tersebut masih berusia 16 tahun.
Yang tak kalah menyedihkan pada 2013, Ketua Biro Pusat Investigasi (CBI) India Ranjit Sinha, mengeluarkan pernyataan soal pemerkosaan yang sangat tidak berempati. Pernyataan ini dikeluarkan karena banyaknya kasus pemerkosaan di India. “Kalau Anda tidak bisa mencegah perkosaan, nikmati saja.” Sehari kemudian setelah pernyataan tersebut diucapkan, ia menyesali. Itu karena kecaman mengalir dari berbagai kalangan.
Baca Juga: Save The Children Desak Pemerintah Usut Tuntas Kasus Pemerkosaan Anak di Parimo
Rabjith kemudian mengatakan, ia memiliki penghargaan dan penghormatan yang dalam terhadap perempuan, dan menegaskan komitmen untuk mengatasi masalah yang berkaitan dengan gender.
Ketua Partai Komunis India, Brinda Karat, menyerukan agar Sinha mundur sebagai kepala CBI, organisasai kepolisian tertinggi di India. Bebera papejabat lain juga telah mengungkapkan protes mereka.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.