KABUL, KOMPAS.TV - Taliban hari Senin (1/5/2023) menegaskan mereka tidak merasa perlu terburu-buru memberikan akses kepada China untuk menambang cadangan lithium Afghanistan, meskipun China menawarkan membayar untuk akses ke deposit logam tersebut.
Afghanistan memiliki kekayaan mineral yang melimpah, termasuk tembaga, emas, minyak, gas alam, uranium, bauksit, dan besi.
Seperti laporan Arab News, Selasa (2/5/2023), Departemen Pertahanan Amerika Serikat (AS) memperkirakan pada tahun 2010 bahwa cadangan mineral Afghanistan yang belum dimanfaatkan dapat bernilai US$1 triliun.
Cadangan lithium Afghanistan adalah kunci bagi pasokan global logam yang sangat penting untuk produksi baterai kendaraan listrik.
Perusahaan China, Gochin, melakukan pembicaraan dengan Menteri Pertambangan dan Minyak Afghanistan, Shahabuddin Delawar, bulan lalu, dan menurut kementerian, menawarkan investasi senilai US$10 miliar untuk penambangan logam dan mempekerjakan 120.000 orang untuk operasi tersebut.
Namun, meskipun kesepakatan tersebut dapat meningkatkan harapan untuk memulihkan ekonomi Afghanistan yang terpuruk, penguasa Taliban mengatakan mereka tidak terburu-buru.
"Kami tidak terburu-buru untuk kontrak lithium, kami tidak akan mengambil langkah dan tindakan tergesa-gesa terkait hal ini. Kami tidak berkewajiban memberikan kontrak ini hanya kepada China," kata Hamayoon Afghan, juru bicara Kementerian Pertambangan dan Minyak Afghanistan kepada Arab News.
"Belum diketahui kapan kontrak akan ditandatangani dan tidak perlu bagi kontrak tersebut untuk ditandatangani hanya dengan China. Kami akan mempertimbangkan manfaat bagi kami sendiri."
Baca Juga: Inilah Harta Karun Mineral Afghanistan Senilai 1 - 3 Triliun Dolar AS yang Diincar Banyak Negara
Sumber lain dalam pemerintah yang tidak diizinkan untuk berbicara kepada media, mengatakan beberapa perusahaan asing dalam beberapa bulan terakhir menunjukkan minat untuk berinvestasi di sektor pertambangan Afghanistan.
Alasan Beijing tertarik dengan cadangan lithium Afghanistan juga terkait dengan kedekatan mereka, menurut Muhibullah Sharif, seorang ahli ilmu politik di Kabul.
Afghanistan dan China terhubung melalui jalur Wakhan yang sempit dan kaya akan sumber daya.
"China ingin mendapatkannya dengan harga yang sangat rendah dan tanpa menerapkan standar internasional terkait," kata Sharif.
"Kegiatan seperti itu dimaksudkan untuk menyediakan bahan baku industrialisasi China dan dari sisi lain untuk menciptakan blok politik tingkat regional terhadap negara-negara Barat."
Meskipun Kementerian Pertambangan berjanji setelah pertemuannya dengan China bahwa lithium akan diproses sepenuhnya di Afghanistan dan infrastruktur akan dibangun untuk tujuan tersebut, Sharif mengatakan bahwa dia skeptis tentang komitmen tersebut.
"Akan sulit bagi Taliban untuk memastikan bahwa China akan melaksanakan janjinya dengan benar dan demi kepentingan Afghanistan," katanya.
Sumber : Arab News
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.