RIYADH, KOMPAS.TV - Arab Saudi mengumumkan akan memangkas produksi minyak sebanyak 500 ribu barel per hari mulai Mei hingga akhir 2023.
Langkah ini diyakini akan meningkatkan harga minyak di seluruh dunia. Peningkatan harga minyak dikatakan Associated Press, Minggu (2/4/2023), akan membantu meningkatkan pundi-pundi Presiden Rusia Vladimir Putin ketika negaranya berperang dengan Ukraina.
Namun, hal ini akan membuat warga Amerika dan negara lainnya membayar lebih tinggi di pompa bensin akibat inflasi yang terpicu oleh konflik tersebut.
Kebijakan pemangkasan produksi minyak ini juga dapat memperumit hubungan dengan Amerika Serikat, yang terus meminta Arab Saudi dan sekutunya meningkatkan produksi guna menurunkan harga minyak dan memperketat keuangan Rusia.
Kementerian Energi Saudi mengatakan pemangkasan produksi akan dilakukan secara koordinatif dengan beberapa negara anggota OPEC dan non-OPEC, namun tak menyebutkan negara mana saja yang terlibat.
Kebijakan ini dijelaskan sebagai "tindakan pencegahan" untuk menstabilkan pasar minyak. Pemangkasan produksi tersebut mewakili kurang dari 5% dari produksi rata-rata Arab Saudi sebesar 11,5 juta barel per hari di tahun 2022.
Pemangkasan produksi sebelumnya sebesar 2 juta barel per hari menyebabkan harga minyak melonjak pada periode pemilu sela Amerika Serikat tahun lalu.
Baca Juga: Arab Saudi Merapat ke China, Gabung Blok Keamanan Tiongkok-Rusia: Organisasi Kerja Sama Shanghai
Presiden Joe Biden saat itu berjanji akan memberikan "konsekuensi" dan anggota parlemen Demokrat menyerukan pembekuan kerja sama dengan Arab Saudi.
Baik Amerika Serikat maupun Arab Saudi membantah adanya motif politik dalam keputusan tersebut, dengan masing-masing berpendapat mereka berfokus pada menjaga harga pasar yang sehat.
Sejak pemangkasan produksi sebelumnya, harga minyak justru menurun. Brent crude, patokan global, diperdagangkan pada kisaran USD80 per barel pada akhir pekan lalu, turun dari sekitar USD95 per barel pada awal Oktober ketika pemangkasan produksi sebelumnya disepakati.
Pada akhir pekan lalu, Aramco, perusahaan minyak milik pemerintah Saudi, mengumumkan keuntungan rekor sebesar USD161 miliar dari tahun lalu.
Keuntungan naik 46,5% dibandingkan hasil tahun 2021 sebesar USD110 miliar. Aramco mengatakan mereka berharap dapat meningkatkan produksi hingga 13 juta barel per hari pada tahun 2027.
Aliansi AS-Arab Saudi yang berlangsung selama beberapa dekade ini semakin terganggu dalam beberapa tahun terakhir, terutama setelah pembunuhan jurnalis Saudi Jamal Khashoggi yang berbasis di AS pada tahun 2018 dan perang gagal Arab Saudi melawan pemberontak Houthi yang didukung Iran di Yaman.
Sumber : Associated Press
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.