JAKARTA, KOMPAS.TV - KBRI Ankara dan Kementerian Luar Negeri akan mengupayakan pemulangan jenazah dua warga negara Indonesia (WNI) yang menjadi korban gempa Turki, Irma Lestari dan Ni Wayan Supini, pada Rabu 22 Februari mendatang.
Hal itu ditegaskan Duta Besar RI untuk Turki Lalu Muhammad Iqbal dalam siaran tertulisnya yang diterima Antara, Minggu (19/2/2023).
"Insyaallah dengan telah terkonfirmasinya jenazah kedua saudara kita, KBRI Ankara dan Kementerian Luar Negeri akan segera mengupayakan pemulangan jenazah ke kampung halaman masing-masing,” lanjut Dubes Iqbal.
Baca Juga: Dubes RI untuk Turki: Apartemen 2 WNI yang Tewas di Diyarbakir Runtuh Total
Iqbal mengatakan, apartemen tempat tinggal Irma dan Ni Wayan di Diyarbakir runtuh total setelah dihantam gempa bermagnitudo 7,8. Total terdapat 89 korban jiwa di gedung tersebut.
Irma dan Ni Wayan ditemukan oleh tim SAR gabungan dari Indonesia yang bergerak mencari keberadaan keduanya setelah tidak diketahui kabarnya.
Pada 17 Februari 2023, jenazah Ni Wayan dan Irma ditemukan. Tim DVI Polri yang berada di lokasi kemudian mengidentifikasi kedua jenazah tersebut pada 18 Februari.
Korban jiwa gempa Turki dan Suriah dilaporkan telah melebihi 44.000 orang.
Selain itu, jumlah korban yang selamat setelah nyaris dua pekan sejak gempa berkekuatan magnitudo 7,8 dan 7,5 terjadi, terus mengalami penurunan.
Dilaporkan, jumlah korban tewas di Turki saat ini telah mencapai 40.642 orang, sedangkan di Suriah disebutkan jumlahnya melebihi 3.688 orang.
Dikutip dari The Strait Times, Kepala Badan Bencana Turki, Yunus Sezer pun mengatakan operasi penyelamatan sebagian besar akan dihentikan pada Minggu (19/2/2023) malam.
Baca Juga: Gempa Turki: Suami-Istri Diselamatkan Usai Terjebak 12 Hari di Reruntuhan, tetapi Anaknya Meninggal
Gempa bumi di Turki dan Suriah terjadi pada Senin (6/2) pagi, ketika banyak orang masih tidur.
Gempa dahsyat tersebut membuat sejumlah besar bangunan dan rumah yang tak dibuat untuk menghadapi getaran menjadi runtuh.
Bencana tersebut pun memberikan tekanan terhadap Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan, karena lambatnya respons.
Selain itu juga muncul pertanyaan terhadap pemerintahannya mengapa mengizinkan bangunan dengan kualitas rendah didirikan.
Pasalnya, pejabat Turki telah berjanji setelah gempa pada 1999, yang menewaskan lebih dari 17.000 orang di barat laut Turki, bahwa peraturan bangunan akan diperkuat.
Sumber : Kompas TV/Antara
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.