WASHINGTON, KOMPAS.TV — Dua belas tahun menjelang hajatan akbar Piala Dunia 2022, Qatar telah melakukan konstruksi yang signifikan. Antara lain dengan membangun tujuh dari delapan stadion Piala Dunia, sistem metro baru, jalan raya, gedung tinggi, hingga kota futuristik yang sepuluh tahun lalu masih berupa debu dan pasir.
Untuk membedakan Piala Dunia tahun ini dengan tahun-tahun sebelumnya, Qatar menjanjikan perhelatan yang karbon netral, agar sejalan dengan ide untuk mencegah perubahan iklim.
Namun demikian, ide karbon netral ini dikritik oleh para ahli dari negara lain. Mereka mengatakan Qatar sebenarnya tidak akan melawan jejak karbon acara seperti yang selama ini mereka iklankan.
“Untuk acara sejenis ini, tidak terlalu membantu untuk memasarkan dirinya sebagai karbon netral,” kata Gilles Dufrasne, seorang peneliti di organisasi non-pemerintah Carbon Market Watch yang berbasis di Brussels, Belgia.
Dia menulis sebuah laporan yang mempertanyakan rencana keberlanjutan Qatar. “(Bagaimana Qatar dapat) membangun stadion canggih yang besar dan menerbangkan orang-orang dari seluruh dunia untuk menonton pertandingan sepak bola dan (dalam waktu yang bersamaan) kompatibel dengan pencapaian target iklim?" ujarnya seperti dikutip dari The Associated Press.
Baca Juga: Jadwal Lengkap Piala Dunia 2022: Qatar vs Ekuador Jadi Laga Pembuka
Dalam laporan resmi yang memperkirakan emisi acara, penyelenggara Qatar dan FIFA memproyeksikan bahwa Piala Dunia akan menghasilkan sekitar 3,6 juta metrik ton karbon dioksida dari kegiatan yang terkait dengan turnamen antara 2011 dan 2023. Menurut data Bank Dunia, jumlah itu sekitar 3 persen dari total emisi Qatar pada 2019 dari sekitar total 115 juta metrik ton.
Qatar sebelumnya diketahui memindahkan turnamen ke musim dingin untuk melindungi pemain dan penonton dari panas yang ekstrem di negara tersebut. Negara kaya gas itu akan mengkondisikan tujuh stadion yang terbuka ke langit.
Untuk air, sebagian besar akan bergantung pada pabrik desalinasi yang menghabiskan energi yang mengambil air laut dan membuatnya dapat diminum untuk memenuhi kebutuhan lebih dari 1,2 juta penggemar yang diperkirakan akan datang untuk acara yang digelar selama sebulan penuh ini.
Qatar dan FIFA mengatakan sumber emisi terbesar adalah perjalanan, yang sebagian besar didapatkan dari jarak tempuh dari luar negeri. Perjalanan para pemain, tim official, dan penggemar sepak bola akan menyumbangkan 52 persen dari total emisi. Sedangkan pembangunan stadion dan tempat pelatihan, serta operasional lainnya akan menyumbang 25 persen dari total emisi.
Selain itu, pengoperasian hotel dan akomodasi lainnya selama lima minggu, termasuk kapal pesiar yang disewa Qatar sebagai hotel terapung, akan berkontribusi 20 persen dari total emisi.
Namun dalam laporannya, Carbon Market Watch mengatakan angka-angka itu belum mencakup keseluruhan total emisi. Dikatakan, Qatar sangat meremehkan emisi dari pembangunan tujuh stadion dengan membagi emisi dari semua beton dan baja dengan umur fasilitas dalam beberapa tahun, bukan menjumlahkannya secara keseluruhan.
“Ini bermasalah,” kata Carbon Market Watch. Ia menggambarkan, wilayah Qatar yang ukurannya lebih kecil dari negara bagian Connecticut di Amerika Serikat, akan mendirikan tujuh stadion besar sekaliber Piala Dunia.
Baca Juga: Jadwal Babak 16 Besar Liga Champions 2022-2023, Digelar usai Piala Dunia dengan Sistem Dua Leg
Namun demikian, Qatar membela diri akan perhitungan jejak karbon ini. Mereka mengatakan telah bekerja keras untuk menghindari terciptanya stadion yang menganggur setelah pagelaran Piala Dunia selesai. Mereka mengatakan telah mengembangkan rencana untuk setiap stadion, setelah pertandingan selesai.
"Tidak ada negara lain yang terlibat begitu dalam dengan warganya untuk memastikan warisan berkelanjutan yang tertinggal setelah Piala Dunia FIFA," kata juru bicara Komite Tertinggi Qatar untuk Delivery and Legacy.
Selain itu, Qatar diketahui masih kekurangan kamar hotel untuk menampung ribuan penggemar sepak bola. Banyak dari penggemar sepak bola yang tidak kebagian kamar hotel di Qatar, harus mendapat penginapan di Dubai, yang berjarak 45 menit penerbangan dengan pesawat dari Qatar.
Qatar kemudian tidak menanggapi permintaan komentar tentang apakah mereka akan menghitung penerbangan tersebut dalam total polusi yang mereka hitung. Mereka mengatakan setiap perbedaan pendapat akan dijelaskan setelah Piala Dunia berlangsung.
Sumber : The Associated Press
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.