LONDON, KOMPAS.TV - Jabatan Liz Truss sebagai Perdana Menteri Inggris Raya berada di ujung tanduk usai kebijakan gagalnya hampir membuat pasar finansial negara itu hancur. Mayoritas anggota Partai Konservatif pun menanggalkan dukungannya untuk suksesor Boris Johnson ini, membuat masa jabatannya diduga tinggal menghitung hari.
Sepekan belakangan, Liz Truss juga menciptakan 'prestasi' langka, yakni 'menyatukan' media-media Inggris Raya yang cenderung partisan sesuai spektrum politiknya. Media Inggris kompak mengejek habis-habisan sang perdana menteri.
Kekuasaan Truss sendiri goyah usai kebijakan ekonominya ditolak oleh chancellor of the exchequer (setara menteri keuangan) yang ditunjuknya secara darurat. Hal tersebut karena Chancellor of the Exchequer Kwasi Kwarteng, sekutu politiknya, terpaksa dipecat usai pemerintahannya beroleh tekanan politik dan ekonomi yang intens.
Truss mengganti Kwarteng dengan Jeremy Hunt, politikus senior yang dikesampingkan dari pemerintahan sejak 2019. Hunt kemudian merombak kebijakan ekonomi Truss seiring kepercayaan publik yang menurun dan ekonomi yang terancam.
Associated Press melaporkan, Selasa (18/10/2022), Liz Truss diyakini bisa bertahan hingga saat ini sebagian besar karena internal Partai Konservatif masih berselisih mengenai penggantinya.
Baca Juga: PM Liz Truss Bersumpah Inggris akan Bantu Ukraina Sampai Menang Perang Lawan Rusia
Eks menteri luar negeri itu pun dilaporkan tak berdaya kendati masih memegang jabatan perdana menteri. Selain tak berdaya, ia juga dipermalukan oleh media-media Inggris, bahkan oleh media sayap kanan yang pro-Konservatif sekalipun.
Tabloid The Sun menyebutnya sebagai "seorang dedemit PM" dan menegaskan "demi negara ini, kita tidak bisa terus seperti ini", menyerukan pelengseran Liz Truss.
The Guardian, surat kabar yang secara politis berseberangan dengan The Sun, satu suara mengenai nasib sang PM. Media berhaluan kiri-tengah ini mengumpamakan Partai Konservatif sebagai kapal dengan kru yang memberontak, menyebut "Truss tidak meninggalkan partainya. Namun mereka yang terlihat meninggalkan dia."
Ejekan dari tabloid Daily Star terhadap Liz Truss pun viral di media sosial. Daily Star menyiarkan siarang langsung yang "mengadu" Liz Truss dengan sebuah selada yang didandani dengan wig, mata, dan mulut.
Selada itu disejajarkan dengan Liz Truss dengan takarir, "Bisakah Liz Truss bertahan lebih lama dari selada ini?". Daily Star membuat "pertandingan" tentang apakah Liz Truss akan dipecat lebih cepat dari proses membusuknya selada.
Banyak warganet Inggris Raya yang menjagokan selada itu untuk menang. Hingga Selasa (18/10), hari kelima, selada itu mulai berwarna cokelat.
Liz Truss sendiri berniat untuk bertahan kendati kebijakan gagalnya telah menakuti pasar finansial, menaikkan biaya pinjaman pemerintah, dan membuat nilai tukar paun terhadap dolar AS anjlok hingga titik terendah sepanjang sejarah.
Sebelumnya, Truss membuat program pemotongan pajak senilai 45 miliar paun. Namun, tidak ada dana untuk mengeksekusi kebijakan ini.
Alhasil, bank sentral Inggris Raya mesti melakukan intervensi untuk menyelamatkan dana pensiun yang diremas oleh volatilitas pasar obligasi.
Baca Juga: Jokowi Pesan RI Jangan Sampai Seperti Inggris, Ini Perbedaan Kondisi Ekonomi 2 Negara
Sumber : Associated Press
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.