KAIRO, KOMPAS.TV – Negara-negara anggota OPEC+, Minggu (16/10/2022), ramai-ramai mendukung pemangkasan atau pemotongan produksi harian sebesar 2 juta barel per hari.
Sebelumnya Gedung Putih menuduh Riyadh memaksa secara koersif beberapa negara anggota OPEC lain untuk mendukung langkah pemotongan produksi minyak.
Seperti dilansir Straits Times, Senin (17/10/2022), Amerika Serikat pekan lalu mengatakan pemotongan itu akan mendongkrak pendapatan asing Rusia dan menuding keputusan itu direkayasa karena alasan politik oleh Arab Saudi, yang pada Minggu membantah mendukung Moskow dalam serangannya ke Ukraina.
Raja Arab Saudi Salman bin Abdulaziz mengatakan kerajaan bekerja keras untuk mendukung stabilitas dan keseimbangan di pasar minyak, termasuk membangun dan mempertahankan kesepakatan aliansi OPEC+ yang terdiri dari Organisasi Negara Pengekspor Minyak OPEC dan produsen utama lainnya termasuk Rusia.
Menteri Pertahanan Arab Saudi dan putra Raja Salman, Pangeran Khalid bin Salman, juga mengatakan keputusan 5 Oktober untuk mengurangi produksi sebesar dua juta barel per hari itu diambil dengan suara bulat dan didasarkan pada faktor ekonomi.
Pernyataan Arab Saudi langsung didukung jajaran menteri dari beberapa negara anggota OPEC+ termasuk Uni Emirat Arab.
Menteri Energi Negara Teluk Suhail Al Mazrouei menulis di Twitter, “Saya ingin mengklarifikasi bahwa keputusan OPEC+ terbaru, yang disetujui dengan suara bulat, adalah keputusan teknis murni, tanpa niat politik apa pun.”
Baca Juga: Arab Saudi Heran Dibidik AS soal Keputusan OPEC+ Pangkas Produksi, Lah, Iran Juga Anggota OPEC
Komentar Al Mazrouei mengikuti pernyataan dari pemasar minyak Irak, Somo.
“Ada konsensus lengkap di antara negara-negara OPEC+ bahwa pendekatan terbaik dalam menangani kondisi pasar minyak selama periode ketidakpastian dan ketidakjelasan saat ini adalah pendekatan pre-emptive yang mendukung stabilitas pasar dan memberikan panduan yang diperlukan untuk masa depan,” demikian bunyi pernyataan Somo.
Kepala Eksekutif Kuwait Petroleum Corporation Nawaf Saud al-Sabah juga menyambut baik keputusan OPEC+, mengatakan Kuwait ingin mempertahankan pasar minyak yang seimbang, seperti dilansir kantor berita negara Kuwait, Kuna.
Oman dan Bahrain dalam pernyataan terpisah menyatakan OPEC menyetujui pemangkasan produksi dengan suara bulat.
Menteri Energi Aljazair Mohamed Arkab, sementara itu, menyebut keputusan itu "bersejarah" dan mengatakan dia dan Sekretaris Jenderal OPEC Haitham Al Ghais menyatakan keyakinan penuhnya, seperti dilaporkan Ennahar TV Aljazair.
Ghais kemudian mengatakan dalam konferensi pers bahwa OPEC menargetkan keseimbangan antara penawaran dan permintaan daripada penetapan harga tertentu.
Dalam sebuah pernyataan seperti dikutip Straits Times, Senin, Arkab mengatakan keputusan OPEC+ adalah "respons murni teknis berdasarkan pertimbangan ekonomi murni", menambahkan keputusan itu diambil dengan suara bulat.
Persediaan minyak di negara-negara ekonomi utama saat ini lebih rendah daripada ketika OPEC memangkas produksi di masa lalu.
Beberapa analis mengatakan volatilitas baru-baru ini di pasar minyak mentah dapat diatasi dengan pemotongan yang akan membantu menarik investor ke pasar yang saat ini berkinerja buruk.
Juru bicara Dewan Keamanan Nasional AS John Kirby, Kamis (13/10/2022), mengatakan "lebih dari satu" anggota OPEC merasa dipaksa oleh Arab Saudi untuk memilih, menambahkan pemotongan itu juga akan meningkatkan pendapatan Rusia dan menumpulkan efektivitas sanksi yang dijatuhkan atas serangan Rusia ke Ukraina yang dimulai Februari lalu.
Raja Salman mengatakan dalam sebuah pidato di Dewan Syura penasehat kerajaan bahwa negara itu adalah mediator perdamaian, serta menyoroti inisiatif putra mahkota dalam pertukaran tawanan perang dari Rusia bulan lalu, kantor berita nasional Arab Saudi, SPA, melaporkan.
Sumber : Kompas TV/Straits Times
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.