MOSKOW, KOMPAS.TV - CEO Sberbank Rusia Herman Gref menyebut pengaruh dolar Amerika Serikat (AS) dan euro tidak akan lagi sekuat dulu terhadap ekonomi Rusia. Sberbank sendiri adalah salah satu bank milik negara terbesar di Rusia.
Ketika berbicara dalam Forum Ekonomi Timur di Vladivostok, Rusia, Rabu (7/9/2022), Gref menyebut alasan terkikisnya pengaruh dolar dan euro adalah meningkatnya peran rubel dan mata uang lain, termasuk yuan China.
“Ketergantungan Rusia terhadap mitra dagang terbesar, utamanya China, akan meningkat. Namun, saya akan memanggilnya sebagai ‘perkembangan kooperasional’,” kata Gref dikutip TASS.
“Dengan latar belakang ini, peran dolar dan euro akan digantikan yuan, dan saya mengira Rusia tidak akan kembali ke situasi sebelumnya ketika dolar memengaruhi ekonomi dalam negeri,” lanjutnya.
Baca Juga: Diplomat Rusia Ajak Negara Lain Tinggalkan Dolar dalam Transaksi Finansial Global, Promosikan Rubel
Lebih lanjut, Gref menggarisbawahi menguatnya peran rubel menggantikan dolar dalam ekonomi Rusia. Namun, mengenai peran mata uang asing yang diperlukan, ia menyebut yuan akan mengikis pengaruh dolar dan euro.
“Semakin pentingnya mata uang sendiri (rubel) sangat mungkin akan naik. Namun, dalam taraf tertentu, dolar dan euro akan digantikan sejumlah mata uang utama lain, yang pertama adalah yuan,” kata Gref.
Pernyataan tersebut disampaikan Gref di tengah upaya “de-dolarisasi” ekonomi Rusia. Sejumlah kalangan di Rusia menyebut mata uang AS itu “toksik” sebagai akibat sanksi meluas Barat terhadap Moskow.
Di lain sisi, pada Selasa (6/9) lalu, Sberbank dan VTB, BUMN perbankan lain di Rusia, menyatakan bahwa mereka akan mulai memberi pinjaman ke perusahaan-perusahaan menggunakan mata uang yuan.
Baca Juga: Bocoran Intel AS: Rusia Beli Jutaan Roket dan Peluru Artileri dari Korea Utara
Sumber : TASS
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.