MOSKOW, KOMPAS.TV - Mahkamah Agung Federasi Rusia menetapkan Resimen Azov Ukraina sebagai organisasi teroris pada Selasa (2/8/2022). Penetapan ini dapat berujung tambahan jerat pasal terorisme kepada personel resimen tersebut yang kini ditahan Moskow.
Rusia dan separatis Ukraina diketahui menahan sekitar 1.000 personel Resimen Azov. Kebanyakan di antaranya menyerah secara massal di pabrik baja Azovstal, Mariupol pada pertengahan Mei lalu.
Pengadilan Rusia sendiri telah membuka perkara terhadap mereka, menuduh mereka membunuhi warga sipil. Tambahan pasal terorisme dapat membuat hukuman ke para terdakwa Resimen Azov lebih panjang dan hak-hak mereka sebagai tahanan dipangkas.
Di Rusia, seorang pemimpin organisasi teroris dapat dihukum 15-20 tahun penjara. Sedangkan anggota kelompok teroris dapat dihukum 5-10 tahun penjara.
Menurut pantauan Associated Press, Selasa (2/8), pihak Mahkamah Agung membuka akses sidang bagi jurnalis ketika para saksi memberikan testimoni yang mendukung penetapan Resimen Azov sebagai organisasi teroris tersebut.
Baca Juga: Kedubes Rusia Sebut Pasukan Batalion Azov Pantas Mati Memalukan, Ukraina: Rusia Negara Teroris
Akan tetapi, sebagian besar sidang berlangsung tertutup, sehingga tidak diketahui adakah testimoni yang menentang penetapan itu.
“Saya dapat bersaksi bahwa penembak jitu Ukraina, penembak jitu Azov, benar-benar menembak para warga sipil yang berupaya kabur dari kota (Mariupol),” demikian kesaksian Marina Akhmedova dari Dewan Presidensial untuk Pembinaan Masyarakat Sipil dan Hak Asasi Manusia Federasi Rusia.
“Saya melihat mayat-mayat terbaring di jalanan dengan mata kepala saya sendiri. Mereka ada banyak, dan mereka terbaring mungkin berjarak 10 meter satu sama lain. Tidak ada kawah artileri di samping mereka,” lanjutnya.
Resimen Azov sendiri telah merilis pernyataan yang mengecam putusan Mahkamah Agung Rusia tersebut. Azov menuduh Kremlin “mencari-cari alasan dan penjelasan baru untuk kejahatan perang mereka.”
Lebih lanjut, detasemen Garda Nasional Ukraina itu mendesak Amerika Serikat (AS) dan negara-negara lain untuk menetapkan Rusia sebagai negara teroris.
Resimen Azov memainkan peran kunci dalam pertempuran Mariupol. Peran resimen itu signifikan dalam mempertahankan kota pelabuhan tersebut selama berpekan-pekan dari gempuran Rusia.
Garnisun Mariupol yang bertahan di pabrik baja Azovstal, benteng terakhir Ukraina selama pekan-pekan terakhir pengepungan, kebanyakan diisi oleh personel Resimen Azov.
Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy menyanjung Resimen Azov dan garnisun Mariupol lain sebagai pahlawan.
Sebaliknya, Rusia berulang kali menuduh resimen itu sebagai wajah neo-Nazi Ukraina. Moskow kerap menuduh resimen itu melakukan sederet kekejaman, tetapi hanya menyediakan segelintir bukti.
Sebelum direorganisasi ke Garda Nasional Ukraina, Resimen Azov merupakan kelompok relawan tempur yang bernam Batalion Azov. Kelompok ini dibentuk pada 2014 dengan relawan dari lingkungan ekstrem kanan.
Baca Juga: Cerita Foto dari Azovstal: Kehidupan Serdadu Ukraina yang Terjebak di Benteng Terakhir Mariupol
Sumber : Associated Press
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.