ODESSA, KOMPAS.TV - Rusia dikecam setelah dituduh melakukan serangan ke pelabuhan Odessa, Sabtu (23/7/2022).
Pasalnya, serangan tersebut terjadi tak lama setelah Rusia dan Ukraina telah mencapai kesepakatan untuk ekspor gandum Ukraina.
Pada kesepakatan, Jumat (22/7) tersebut, Rusia setuju untuk tak menyerang pelabuhan saat pengiriman gandum tengah transit.
Pada postingan di media sosial, pusat komando militer selatan Ukraina mengatakan dua rudal Kalibr telah mengenai pelabuhan.
Baca Juga: Baru Sepakat soal Ekspor Gandum Ukraina, Rusia Dituduh Serang Kota Pelabuhan Odessa
Sedangkan dua rudal lainnya bisa ditembak jatuh oleh sistem pertahanan udara.
Namun mereka juga mengungkapkan serangan rudal itu tak memberikan dampak kerusakan yang signifikan.
Dikutip dari BBC, Presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky mengatakan serangan itu membuktikan Rusia akan terus mencari cara untuk tak menjalankan kesepakatan itu.
Kepala Urusan Luar Negeri Uni Eropa (UE), Josep Borrell mengatakan serangan itu menunjukkan pengabaian total Rusia terhadap hukum internasional.
“Menyerang target penting untuk mekspor biji-bijian sehari setelah penandatanganan perjanjian Istanbul sangat tercela,” cuitnya di Twitter,
Ia pun menambahkan bahwa UE sangat mengutuk seranganh tersebut.
Sekretaris Jenderal PBB, Antonio Guterres dengan tegas mengutuk serangan itu, dengan mengatakan bahwa implementasi penuh dari kesepakatan ekspor gandum sangat penting.
Namun, Pemerintah Turki yang menegahi agar kesepakatan terjadi mengungkapkan pejabat Rusia telah membantah bertanggung jawab atas serangan itu.
Baca Juga: Hari ke-150 Perang: Rusia-Ukraina Baku Tembak Rudal, Titik Penyeberangan dan Pelabuhan Diincar
“Dalam kontak kami dengan Rusia, mereka mengatakan tak ada hubungannya dengan serangan itu, dan kami tengah menyelidiki masalah itu secara lebih dekat dan detail,” ujar Menteri Pertahanan Turki, Hulusai Akar.
Pada kesepakatan tersebut, pejabat dari Moskow dan Kiev menandatangani perjanjian yang mengizinkan jutaan ton gandum yang terjebak di Ukraina untuk diekspor.
Kesepakatan tersebut dipuji sebagai “Suar Harapan” oleh PBB setelah pertempuran yang terjadi berbulan-bulan.
Terhambatnya ekspor gandum Ukraina tersebut memunculkan ancaman terjadinya krisis pangan global, karena gandum Ukraina dan Rusia memenuhi 40 persen pasokan dunia.
Sumber : BBC
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.