TORSHAVN, KOMPAS.TV - Pemerintah Kepulauan Faroe mengajukan pembatasan tangkapan lumba-lumba sisi putih hingga 500 ekor per tahun. Kebijakan itu rencananya akan berlaku sementara untuk tahun 2022 dan 2023.
Kebijakan tersebut diusulkan Torshavn usai pembantaian lebih dari 1.400 lumba-lumba dalam sehari pada 2021 silam panen kecaman.
Perburuan lumba-lumba di kepulauan Atlantik Utara itu adalah bagian dari tradisi berusia empat abad. Warga Faroe memiliki tradisi menggiring mamalia laut ke pesisir, lalu membunuhnya untuk diambil daging dan lapisan lemaknya.
Baca Juga: Mengerikan, 1.400 Ekor Lumba-lumba Dibantai dalam Sehari di Kepulauan Faroe
Praktik tersebut bersifat non-komersial dan legal. Namun, sejumlah kalangan di Kepulauan Faroe termasuk aktivis lingkungan mengkritiknya.
Di lain sisi, masyarakat setempat khawatir perburuan lumba-lumba di Kepulauan Faroe akan menyedot perhatian yang tak diinginkan jika terlalu besar.
Pemerintah Kepulauan Faroe mengumumkan bahwa kebijakan pembatasan ini diharapkan berlaku sebagai perintah eksekutif per 25 Juli.
“Aspek-aspek dalam perburuan itu (tahun 2021) tidak memuaskan, khususnya besarnya jumlah lumba-lumba yang dibunuh,” tulis pernyataan pemerintah Faroe dikutip Associated Press, Minggu (10/7/2022).
Menurut data pemerintah, masyarakat Kepulauan Faroe umumnya membunuh sekitar 1.000 mamalia laut per tahun. Jenis mamalia yang diburu kebanyakan adalah paus pilot.
Tak seperti pembantaian mengejutkan pada 2021, pada 2020 silam, jumlah lumba-lumba sisi putih yang dibunuh hanyalah 35 ekor.
Paus pilot dan lumba-lumba sisi putih sendiri bukanlah spesies yang dilindungi.
Baca Juga: Tak Hanya Manusia, Ribuan Lumba-Lumba Diperkirakan Mati akibat Perang Rusia-Ukraina
Sumber : Associated Press
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.