WASHINGTON, KOMPAS.TV - Mantan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump secara mengejutkan dilabeli sebagai ancaman domestik yang tak pernah dihadapi negara adidaya itu.
Label tersebut diungkapkan oleh anggota Kongres, Liz Chenney, yang memimpin tim investigasi DPR AS atas kerusuhan di Gedung Capitol pada 6 Januari 2021.
Chenney yang merupakan seorang Republikan, memperingatkan rekan partainya tentang Trump.
Ia menegaskan tak mungkin seseorang bisa setia pada Trump, dan di saat yang sama juga loyal pada konstitusi AS.
Baca Juga: China Terus Serang NATO, Menyebutnya Tantangan Sistematis bagi Perdamaian Dunia
“Saat ini, kita menghadapi ancaman domestik yang tak pernah dihadapi sebelumnya,” kata Cheney dalam pidatonya di Perpustakaan Presidensial Ronald Reagen di Simi Valley, California, Rabu (29/6/2022).
“Itu adalah mantan presiden yang berusaha mengurai fondasi republik konstitusional kita. Dan ia dibantu oleh para pemimpin Republik dan pejabat terpilih yang bersedia disandera pria berbahaya dan irasional ini,” tambahnya.
Anggota kongres perwakilan Partai Republik dari Wyoming itu menegaskan, beberapa orang di partainya merangkul Trump dan memungkinkan pengusaha itu membuat kebohongan.
Sementara yang lain memilih untuk melihat ke arah yang lain karena itu adalah jalan yang lebih mudah.
“Kita hanya perlu melihat ancaman yang ada di hadapan para saksi yang datang ke Komite 6 Januari untuk memahami sifat dan besarnya ancaman itu,” tutur Cheeney.
Baca Juga: Nyeleneh, Trump Sebut Investigasi atas Kerusuhan Gedung Capitol Buang-Buang Waktu
“Tetapi berargumen bahwa ancaman yang ditimbulkan Donald Trump dapat diabaikan, berarti mengesampingkan tanggung jawab yang dipikul setiap warga negara untuk melestarikan Republik. Kita tak boleh melakukan itu,” tambahnya.
Cheeney sendiri saat ini dikucilkan oleh sebagian besar anggota partainya, karena keputusannya melawan Trump.
Enam persidangan Komite 6 Januari DPR AS sejauh ini telah menunjukkan bahwa Trump mendukung kerusuhan para pendukungnya di Gedung Capitol sebagai usaha memperlambat dan menghentikan legitimasi Joe Biden sebagai Presiden AS terpilih.
Bahkan pembantu Trump sendiri mengatakan bahwa tak ada bukti adanya kecurangan dalam kemenangan Biden, seperti yang terus diembuskan oleh Trump selama pemilihan presiden AS 2020.
Sumber : The Guardian
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.