Kompas TV internasional kompas dunia

Peneliti Indonesia Temukan Habitat Pembesaran Pari Manta Pertama di Dunia

Kompas.tv - 20 Juni 2022, 06:47 WIB
peneliti-indonesia-temukan-habitat-pembesaran-pari-manta-pertama-di-dunia
Anakan pari manta karang di Laguna Wayag, Raja Ampat, Papua Barat. (Sumber: Edy Setyawan)
Penulis : Tussie Ayu | Editor : Iman Firdaus

WELLINGTON, KOMPAS.TV – Peneliti Indonesia Edy Setyawan menemukan habitat pembesaran pari manta pertama yang terkonfirmasi di dunia. Habitat pembesaran pari manta ini berlokasi di laguna Wayang, Raja Ampat, Papua Barat.

Selain itu, Edy dan tim juga berhasil menguak pola pergerakan dan perilaku anakan pari manta karang (Mobula alfredi) di lokasi tersebut. 

“Di alam bebas, kita belum pernah melihat tempat pari manta melahirkan. Kami berasumsi bahwa mereka juga melahirkan anaknya di daerah pembesaran ini,” ujar Edy pada Minggu (20/6/2022) kepada KOMPAS TV di Wellington, Selandia Baru.

Edy bersama dengan otoritas pengelola kawasan konservasi perairan (KKP) di Raja Ampat, telah melakukan kajian panjang sejak tahun 2013, untuk mempelajari anakan pari manta karang di Laguna Wayag secara lebih komprehensif. 


Para peneliti menggunakan berbagai pendekatan mutakhir seperti identifikasi fotografis, drone, pelacak satelit yang dilengkapi dengan GPS, dan pelacak akustik pasif. Kajian yang dipimpin oleh Edy berhasil memberikan bukti-bukti yang kuat untuk memastikan bahwa Laguna Wayag di Raja Ampat adalah daerah pembesaran pari manta karang yang sangat penting. 

Di dalam International Union for the Conservation of Nature (IUCN), pari manta karang termasuk dalam kategori vulnerable atau rentan kepunahan. Karena itu, temuan penting ini memotivasi otoritas pengelola untuk dapat bertindak cepat untuk melindungi habitat penting spesies ikan yang terancam punah.

Temuan-temuan terbaru ini dijabarkan secara rinci dalam sebuah artikel ilmiah yang dipublikasikan pada jurnal akses terbuka Frontiers in Marine Science. Artikel ini memberikan deskripsi yang paling komprehensif dan terkini mengenai bagaimana anakan pari manta karang menggunakan habitat pembesaran di laguna yang menyediakan tempat makan dan “stasiun pembersihan”. 

Peneliti dan Kandidat Doktor dari University of Auckland, Edy Setyawan. (Sumber: Menas Membrasar)

Istilah “stasiun pembersihan” ini mengacu pada area terumbu karang yang rutin dikunjungi oleh pari manta untuk menghilangkan parasit-parasit di permukaan tubuh mereka dengan bantuan ikan-ikan pembersih layaknya sebuah spa di laut.

Habitat pembesaran dan stasiun pembersihan merupakan dua komponen yang sangat krusial bagi kelangsungan hidup dan kesehatan anakan pari manta. 

“Anakan pari manta karang yang dipasangi pelacak satelit dan akustik memiliki daerah jelajah yang terbatas di dalam dan sekitar Laguna Wayag saja. Selain itu, mereka tinggal di dalam laguna yang kecil dan terlindung ini secara hampir terus-menerus selama berbulan-bulan dan bahkan bertahun-tahun. Hal ini mengindikasikan ketergantungan yang sangat tinggi pada laguna ini, terutama di fase-fase awal kehidupan mereka,” ujar Edy yang merupakan kandidat doktor dari University of Auckland

Edy juga menambahkan bahwa data dan informasi dari kajian ini tidak hanya penting untuk mendukung konservasi manta di Raja Ampat, tetapi juga berkontribusi pada pengetahuan tentang pari manta secara global. 

“Kami berharap temuan kami akan mendorong para peneliti dan penggiat konservasi untuk melakukan kajian serupa untuk mengkonfirmasi dan melindungi daerah pembesaran pari manta lainnya di seluruh dunia,” pungkasnya. 

Perairan Raja Ampat yang terletak di Indonesia timur saat ini dilindungi oleh jejaring sembilan kawasan konservasi yang dikelola oleh dua otoritas, yakni Balai Kawasan Konservasi Perairan Nasional (BKKPN) Kupang dan Badan Layanan Umum Daerah Unit Pelaksana Teknis Daerah (BLUD UPTD) Pengelolaan KKP Kepulauan Raja Ampat. 

Laguna Wayag merupakan bagian dari Suaka Alam Perairan (SAP) Waigeo Sebelah Barat, yang dikelola oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia melalui BKKPN Kupang sebagai salah satu Unit Pelaksana Teknis (UPT) Direktorat Jenderal Pengelolaan Ruang Laut (Ditjen PRL). 

Para penulis lain yang membantu Edy melalui bimbingan teknis dan data analisis dalam artikel ilmiah ini, berasal dari berbagai institusi termasuk yayasan nasional Konservasi Indonesia, University of Auckland (Selandia Baru), dan Macquarie University (Australia). 

“Kami senang sekali bahwa data dan informasi dari kajian ini digunakan oleh otoritas pengelola sebagai referensi ilmiah dalam peningkatan pengelolaan kawasan konservasi, yang akan bermanfaat besar bagi masyarakat Raja Ampat,” tutup Edy.
 




Sumber : Kompas TV




BERITA LAINNYA



FOLLOW US




Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.


VIDEO TERPOPULER

Close Ads x