WASHINGTON, KOMPAS.TV - Pentagon hari Kamis, (19/5/2022) mengumumkan Kepala Staf Gabungan AS Jenderal Mark Milley berbicara melalui telepon dengan Kepala Staf Umum Angkatan Bersenjata Rusia Jenderal Valery Gerasimov.
Peristiwa ini merupakan percakapan pertama antara keduanya sejak serangan Rusia ke Ukraina bulan Februari, seperti laporan Straits Times, Jumat, (20/5/2022).
"Kedua petinggi militer membahas beberapa masalah terkait keamanan yang menjadi perhatian dan sepakat untuk menjaga jalur komunikasi tetap terbuka," kata juru bicara Milley, Kepala Staf Gabungan AS.
"Sesuai dengan praktik sebelumnya, detail spesifik dari percakapan mereka akan dirahasiakan," tambah juru bicara itu.
Pernyataan Pentagon itu tidak menyebutkan masalah spesifik apa yang dibahas kedua jenderal.
Kantor berita RIA Novosti, mengutip kementerian pertahanan Rusia, mengatakan kedua pemimpin militer membahas isu-isu "kepentingan bersama," termasuk Ukraina.
Baca Juga: NATO Klaim Gagal Hubungi Militer Rusia Lewat Saluran Telepon Khusus "Dekonfliksi"
Panggilan itu terjadi setelah Menteri Pertahanan AS Lloyd Austin berbicara dengan mitranya dari Rusia pekan lalu, dan kepala Pentagon menyerukan gencatan senjata segera di Ukraina.
Amerika Serikat dan Rusia membentuk saluran telepon hotline sejak serangan Rusia, yang disebut Moskow sebagai "operasi militer khusus", dimulai pada 24 Februari untuk mencegah salah perhitungan dan pelebaran konflik.
Hotline "deconfliction" adalah saluran telepon terbuka yang berbasis di markas Komando Eropa di Stuttgart, Jerman, dan berada di bawah Jenderal Angkatan Udara Tod Wolters, yang memimpin semua pasukan AS di Eropa.
Berbicara di Brussels hari Kamis, Wolters mengatakan dia berharap pembicaraan antara Milley dan Gerasimov adalah satu langkah lebih dekat ke solusi diplomatik di Ukraina.
Namun, tampaknya hanya ada sedikit momentum di bidang diplomatik, lebih dari dua bulan setelah dimulainya serangan Rusia, yang telah menyebabkan ribuan orang tewas atau terluka, membuat kota-kota menjadi puing-puing dan memaksa lebih dari lima juta orang mengungsi ke luar negeri.
Sumber : Kompas TV/Straits Times
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.