MOSKOW, KOMPAS.TV - Kementerian Pertahanan Rusia mengumumkan bahwa pihaknya telah menyepakati evakuasi sebagian serdadu Ukraina yang terjebak di kompleks pabrik baja Azovstal, Mariupol, Senin (16/5/2022).
Serdadu yang akan dievakuasi adalah mereka yang terluka dan membutuhkan perawatan. Suatu gencatan senjata lokal akan dibuat masing-masing pihak untuk memungkinkan proses evakuasi.
Pernyataan Kementerian Pertahanan Rusia itu dirilis usai Moskow berunding dengan perwakilan Kiev mengenai nasib para serdadu di Azovtal.
Setelah lebih dari 80 hari menahan gempuran Rusia, ratusan serdadu mundur ke kompleks Azovstal yang menjadi benteng pertahanan terakhir Ukraina di Mariupol.
Perlawanan para serdadu itu mencegah kontrol penuh Rusia atas kota pelabuhan berpenduduk hampir 500.000 jiwa sebelum perang ini.
Baca Juga: Ratusan Kombatan Ukraina Masih Terjebak di Azovstal Mariupol, Keluarga Menunggu dengan Cemas
Sisa-sisa pasukan Ukraina di Mariupol enggan menyerah kendati berulang kali diultimatum Rusia. Berbagai elemen pasukan Ukraina masih bertahan di Azovstal, termasuk Resimen Azov, eks kelompok milisi neo-Nazi yang kini diprofesionalisasi.
Pasukan Ukraina di Azovstal yakin bahwa Rusia hanya akan menyiksa atau membunuh mereka jika menyerah. Mereka pun minta bantuan internasional agar bisa dibiarkan pergi dengan hormat.
Apabila terwujud, evakuasi ini adalah kemajuan bagi upaya pembebasan pasukan Ukraina di Azovstal. Pasukan itu mengaku kekurangan makanan dan obat-obatan.
Akan tetapi, Rusia menawarkan evakuasi serdadu luka ke Novoazovsk, daerah yang dikuasai separatis Republik Rakyat Donetsk (DPR) sejak sebelum invasi.
Belum ada kejelasan mengenai status para serdadu Ukraina jika dievakuasi nanti; apakah dijadikan tawanan perang atau dibiarkan kembali ke pihak Ukraina.
Di lain pihak, Ukraina belum mengonfirmasi pernyataan Kementerian Pertahanan Rusia tersebut. Jumlah serdadu yang akan dievakuasi pun belum jelas.
Baca Juga: ‘Neraka Teburuk’ di Azovstal: Pasukan Pertahanan Ukraina Terpaksa Bertempur hingga Akhir Hayat
Sumber : Associated Press
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.