JEDDAH, KOMPAS.TV - Tradisi membangunkan orang untuk sahur di bulan Ramadan rupanya tidak hanya ada di Indonesia.
Di Arab Saudi, ada Al Musaharati, orang yang berkeliling membangunkan warga untuk sahur dengan menabuh drum dan berpuisi.
Sayangnya, Al Musaharati yang sudah ada sejak ratusan tahun lalu kini mulai jarang ditemukan di Arab Saudi.
“Tradisi-tradisi berusia ratusan tahun ini semakin jarang di Jeddah (kota di Arab Saudi),” tutur Ahmed Abdo, yang sudah tinggal di distrik lama Jeddah selama lima dasawarsa.
“Dulu ada Al Musaharati di setiap distrik, tetapi sekarang banyak yang sudah meninggal. Generasi muda kini telah menggeluti profesi lainnya,” kata Abdo sambil meminum teh dan mengobrol bersama rekan-rekannya, seperti dilansir Arab News.
Baca Juga: Kisah Muazin Tertua di Jalur Gaza, Setengah Abad Mengumandangkan Azan di Masjid Tua Palestina
Abdo mengaku rindu dengan suasana Ramadan di tahun-tahun sebelumnya saat ia terbangun karena mendengar tabuhan drum dan puisi Al Musaharati.
Al Musaharati dipilih oleh warga di setiap distrik. Orang yang terpilih itu akan melaksanakan tugasnya hingga hari terakhir bulan Ramadan.
Dia akan bernyanyi dan memanggil nama warga sambil berkeliling kampung. Sebagai balasan atas apa yang dilakukannya, warga tidak jarang akan menawarkan makanan untuk sahur bagi Al Musaharati.
“Al Musaharati dahulu memiliki peran besar dan indah di tengah masyarakat… warga dulu pergi tidur setelah melaksanakan salat Tarawih, dan sebelum fajar, Al Musaharati akan menabuh drum kecilnya dan membangunkan orang untuk sahur,” kenang Abdo.
Baca Juga: Israel Akan Izinkan Perempuan, Anak dan Laki-laki Palestina Salat di Masjid Al Aqsa
“Al Musaharati kini hanya dongeng lama yang indah,” kata Abdo sambil menggelengkan kepalanya.
“Orang-orang tidak seperti dulu lagi, mereka tidak pergi tidur cepat. Karena itu, Al Musaharati tidak lagi memiliki peran dan telah menghilang sepenuhnya.”
Abdulrahman Al Awfi, teman Abdo yang berusia 59 tahun mengatakan, “Al Musaharati adalah salah satu tradisi tertua dan paling mengakar kuat yang ditemukan saat Ramadan.”
“Tapi tradisi itu telah memudar sejak teknologi memasuki rumah-rumah warga. Ada televisi, alarm jam dan ponsel, yang menggantikan Al Musaharati,” ujar Al Awfi.
“Sekarang, kita bergantung pada TV dan alarm jam untuk tahu kapan waktu sahur. Dahulu, orang-orang pergi tidur dan mengetahui mereka akan dibangunkan oleh Al Musaharati,” katanya mengenang masa lalu.
“Seiring waktu, tradisi akan berkembang secara alami, tapi perlu untuk meneruskan tradisi dahulu kepada generasi muda,” kata seorang warga distrik tua Jeddah lainnya.
Sumber : Arab News
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.