ANKARA, KOMPAS.TV - Turki menyatakan bersedia menjadi tuan rumah pertemuan tingkat tinggi Rusia dan Ukraina, seperti dilansir Anadolu, Kamis, (31/3/2022). Menlu Turki Mevlut Cavusoglu mengatakan kesiapan Turki tersebut, baik pada tingkat menteri luar negeri maupun tingkat presiden Rusia dan Ukraina.
Ukraina dan Rusia mengumumkan kedua belah pihak dapat mengadakan pertemuan tingkat tinggi dalam satu atau dua minggu, kata menteri luar negeri Turki hari Kamis, (31/3/2022) ketika Ankara memimpin upaya untuk mengakhiri perang yang sedang berlangsung melalui diplomasi.
Menyinggung peran potensial Turki sebagai negara penjamin untuk perjanjian damai antara Ukraina dan Rusia, dia mengatakan mengambil peran ini tidak berarti Turki akan terlibat perang.
Dalam sebuah terobosan, delegasi Rusia dan Ukraina bertemu untuk pembicaraan damai di Istanbul hari Selasa ketika perang memasuki bulan kedua dengan korban menumpuk di kedua belah pihak.
Ukraina ingin melihat negara-negara, termasuk Turki, sebagai penjamin dalam kesepakatan dengan Rusia, kata seorang negosiator Ukraina setelah pembicaraan.
Baca Juga: Jerman Bersedia Jadi Salah Satu Negara Penjamin Keamanan Ukraina, Namun Banyak Detil Perlu Dibahas
Turki mendapat pujian luas atas upayanya untuk mengakhiri perang, dibantu oleh posisinya yang unik karena menjalin hubungan persahabatan dengan Rusia dan Ukraina.
Pada 10 Maret, Turki menjadi tuan rumah pertemuan menteri luar negeri Rusia dan Ukraina di kota Antalya, pertemuan tingkat tertinggi pertama antara kedua negara yang berkonflik sejak perang dimulai pada 24 Februari.
Perang Rusia-Ukraina disambut dengan kemarahan internasional, dengan Uni Eropa, AS, dan Inggris, antara lain, menerapkan sanksi keuangan yang keras terhadap Moskow.
Setidaknya 1.189 warga sipil telah tewas di Ukraina, termasuk 108 anak-anak, dan 1.901 lainnya terluka, menurut perkiraan oleh PBB, yang memperingatkan bahwa angka sebenarnya kemungkinan jauh lebih tinggi.
Lebih dari 4 juta warga Ukraina juga telah menyelamatkan diri ke beberapa negara Eropa, dengan jutaan lainnya mengungsi di dalam negeri, menurut badan pengungsi PBB.
Sumber : Kompas TV/Anadolu
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.