DENPASAR, KOMPAS.TV – Perang Rusia – Ukraina nun jauh di belahan bumi sana ternyata pula berdampak pada warga kedua negara yang tinggal di luar negeri. Di Bali, gara-gara perang, warga Rusia dan Ukraina sama-sama harus mengencangkan ikat pinggang demi bisa bertahan hidup di negeri orang.
“Yang warga Rusia mengalami dampak ekonomi nggak enak. Di-banned Swift code, nggak bisa terima pembayaran di Paypal dan Russian bank mereka diblokir,” ungkap Maharani, bukan nama sebenarnya, pemilik sebuah studio tari di Bali, Minggu (6/3/2022).
Sekadar informasi, Swift adalah sistem transaksi perbankan internasional yang termasuk dalam sanksi yang diberlakukan terhadap Rusia oleh negara-negara Barat. Sementara Paypal adalah rekening virtual yang menyediakan layanan jasa transfer dan juga pembayaran secara online.
Baca Juga: Usai Rebut Chernobyl dan Zaporizhzhia, Zelensky Sebut Rusia Incar PLTN ke-3 di Ukraina
Studio tari Maharani membuka kelas pole dance atau tari tiang yang banyak diminati warga asing, terutama warga Rusia dan Ukraina. Sehingga, ia pun banyak berinteraksi dengan warga kedua negara yang tengah dilanda perang itu.
“Yang digital nomad (pekerja online) Rusia mau terima gaji, nggak bisa. Mau bikin kartu ATM bank Indonesia juga nggak bisa, karena visa mereka visa turis,” beber perempuan yang bermukim di Bali ini.
Bahkan, imbuhnya, ada salah seorang muridnya yang warga Rusia tak bisa menerima pembayaran hasil penjualan apartemen dan mobilnya di Moskow gara-gara rekening bank Rusianya diblokir.
Baca Juga: Stasiun Kereta Api Kiev Jadi Saksi Bisu Pahitnya Perang
Padahal, menurut Maharani, para warga Rusia ini tak bersalah atas keputusan Vladimir Putin, presiden mereka yang mengerahkan ‘serangan militer khusus’ ke negara tetangganya, Ukraina.
“Mereka nggak salah. Mereka nggak pro-Putin,” kilah Maharani.
Sementara, pengajar pole dance studio tarinya yang sebagian besar terdiri dari warga Ukraina, kata Maharani, kini stres memikirkan nasib sanak keluarga mereka di kampung halaman.
“Ada yang anaknya masih di kota kecil di sana (Ukraina), 3 kilometer dari panel listrik terbesar. Kalau itu diledakkan, fatal. Eks suaminya nggak bisa menjaga anak dan mengantar ke perbatasan karena harus wajib militer,” urainya.
Ada pula warga Ukraina yang kini pasrah dan tiap hari hanya bisa berdoa sembari mengontak ibunya di Ukraina. “Kalau masih bisa nyahut di WA, tandanya masih hidup,” ujarnya.
Baca Juga: China: Krisis Ukraina Jangan Dibikin Makin Parah, Pikirkan Dampak Negatif Ekspansi NATO ke Rusia
Perang Rusia-Ukraina itu, pula berimbas pada bisnis Maharani.
“Hari ini 12 orang student Rusia dan Ukraina sudah menyatakan nggak bisa datang pole (dance) lagi karena harus saving money untuk diri sendiri dan keluarganya,” ujarnya sembari mengimbuhkan, “Ada juga yang nggak mood dance karena perang terlalu menyakitkan.”
Para warga Rusia dan Ukraina itu, kata Maharani, kini takut kembali ke negara mereka.
“(Mereka) pada takut pulang ke Rusia (dan Ukraina). No future (tak ada masa depan) katanya. Tapi di sini (mereka) juga bingung mau ngapain,” ujarnya.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.