JAKARTA, KOMPAS.TV- Pengamat militer dari Centre for Strategic and International Studies (CSIS) Gilang Kembara merespons ketegangan yang terjadi di perbatasan Ukraina-Rusia seiring dengan invasi pasukan NATO. Ia melihat ada tanda-tanda menunjukkan pertikaian.
“Tetapi kita tidak tahu intensitasnya seperti apa, walaupun tentu saja kita tidak ingin intensitas tinggi, bisa juga pertikaian di ranah cyber, dan sebagainya,” uajrnya, Sabtu (12/2/2022).
Ia berharap ada keputusan diplomatis yang bisa mencegah konflik berkepanjangan. Kendati demikian, ia tidak menampik sulitnya mencari penengah.
“Sulit mencari penengah yang tidak punya kepentingan dalam satu konflik,” ucapnya.
Baca Juga: Intel AS Prediksi Rusia Serang Ukraina Rabu Pekan Depan, Dimulai Serangan Udara dan Tembakan Rudal
Menurut Gilang, Rusia dan Ukraina memiliki kepentingannya masing-masing. Ukraina menganggap negaranya punya kedaulatan penuh menentukan masa depan, terlebih setelah presiden mundur pada 2014.
“Ukraina mengejar ke arah Eropa, sementara Rusia tidak bisa terima karena Rusia ingin terus bersama membangun masa depan,” tuturnya.
Gilang juga memandang kebijakan Amerika Serikat melalui pengiriman pasukan NATO ke perbatasan Ukraina sebagai upaya pencegahan. Tujuannya, agar prediksi serangan dari Rusia tidak terjadi.
Oleh karena itu, publikasi masuknya pasukan asing juga bertujuan memberitahukan kepada publik dalam skala besar. Kemungkinan terjadinya konflik-terbuka juga tidak menguntungkan bagi Eropa.
Baca Juga: Situasi Rusia-Ukraina Panas, Biden Kirim Lagi 3.000 Pasukan AS ke Polandia
“Di sini kita juga melihat Rusia menekan Ukraina supaya tidak bergabung dengan NATO, sebab tidak ada jaminan Ukraina tidak akan meminta bantuan NATO untuk mengambil wilayah yang dicaplok Rusia,” kata Gilang.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.