JAKARTA, KOMPAS.TV - Indonesia menerima komitmen pendanaan sebesar 500 juta euro atau setara Rp8 triliun dari Prancis untuk proyek transisi energi demi menghadapi krisis iklim.
Menteri Luar Negeri (Menlu) Retno Marsudi mengumumkan komitmen pendanaan itu sebagai hasil pertemuan bilateral dengan Menteri Luar Negeri Prancis Jean-Yves Le Drian.
Menlu Prancis Jean-Yves Le Drian mengatakan, pihaknya sepakat untuk memberikan komitmen tersebut dalam upaya mendukung transisi ke energi hijau dan terbarukan.
Baca Juga: Peringatan BMKG Akibat Perubahan Iklim, Bencana Badai hingga Hilangnya Es di Puncak Jaya
“Dalam rangka mendukung upaya Indonesia dalam transisi energi, kami menyatakan komitmen senilai 500 juta euro melalui AFD,” kata Yves Le Drian pada Rabu (24/11/2021), dikutip dari Antara.
Retno mengatakan, komitmen tersebut akan ditandatangani antara Prancis dengan Kementerian Koordinator Kemaritiman dan Investasi, PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) dan Agen Pembangunan Prancis (AFD).
“Dalam kaitan ini, saya sangat mengapresiasi komitmen Prancis untuk mendukung pendanaan bagi proyek transisi energi di Indonesia sebesar 500 juta euro,” ujar Menlu Retno di Jakarta.
Menurut Retno, pemerintah mengupayakan kolaborasi untuk mempercepat transisi energi sebagai bagian dari program kerja prioritas Presidensi G20 Indonesia.
“Transisi energi bukan merupakan opsi, melainkan keniscayaan. Karena itu, kolaborasi diperlukan untuk mendukung transisi tersebut, antara lain melalui investasi dan transfer teknologi,” ucap Menlu.
Sebelumnya, Bank Dunia menyarankan kepada Indonesia untuk memulai dan mempercepat transisi energi, salah satunya dengan meminta dukungan dari masyarakat internasional, baik itu dukungan finansial dalam bentuk investasi maupun transfer pengetahuan dari negara-negara yang lebih berpengalaman.
Baca Juga: Mahfud MD: Ketika Kapal-kapal China ke Laut Natuna, Presiden dan Saya Datang, Mereka Mundur Semua
“Penting adanya upaya untuk menarik minat investasi dari sektor swasta dan pendanaan dari kerja sama bilateral. Transisi energi ini membutuhkan banyak hal,” kata Direktur Bank Dunia untuk Indonesia dan Timor Leste Satu Kahkonen.
Menurut dia, bantuan teknis dari masyarakat internasional sangat dibutuhkan sebagai bekal untuk Indonesia dalam mempercepat dan mengejar ketertinggalan.
“Bantuan teknis dan saran terkait kebijakan adalah langkah pertama. Kita bisa belajar dari berbagai negara di dunia,” katanya.
Terkait bantuan finansial, Kahkonen berpendapat bahwa transisi energi membutuhkan biaya yang tidak sedikit, sementara sumber pendanaan dalam negeri Indonesia terbatas.
“Kami ragu bahwa lembaga pendanaan internasional, seperti Bank Dunia dapat membantu karena sangat terbatas,” ujarnya.
Sumber : Antara
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.