GLASGOW, KOMPAS.TV - Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Iklim Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) atau COP26 ternyata didominasi delegasi dari industri bahan bakar fosil. Hal ini membuat komitmen mengatasi krisis iklim oleh pemimpin dunia dipertanyakan.
Banyaknya delegasi industri bahan bakar fosil diketahui melalui analisis yang dipublikasikan pada Senin (8/11/2021) lalu.
Sejumlah lembaga yang dipimpin Global Witness meninjau daftar partisipan yang dipublikasikan PBB pada awal COP26. Hasilnya, mereka menemukan 503 orang yang terkait industri bahan bakar fosil hadir di konferensi ini.
Baca Juga: COP26: 45 Negara Termasuk Indonesia Umumkan Komitmen untuk Lindungi Alam dan Rombak Pertanian
Para delegasi itu dilaporkan melobi konferensi demi kepentingan industri minyak dan gas alam. Kalangan aktivis pun menyebut mereka seharusnya tidak boleh hadir.
“Industri bahan bakar fosil selama berdekade-dekade membantah dan menolak langkah nyata mengatasi krisis iklim. Itulah mengapa (temuan) ini adalah masalah besar,” kata aktivis Global Witness, Murray Worthy kepada BBC.
“Pengaruh mereka adalah salah satu alasan terbesar mengapa konferensi iklim PBB 25 tahun terakhir tidak menghasilkan pemangkasan emisi yang berarti,” imbuhnya.
Jumlah delegasi industri bahan bakar fosil bahkan lebih besar dari negara mana pun. Di COP26, Brasil menjadi negara yang mengirim delegasi paling banyak, 479 orang.
Delegasi yang disebut “pelobi” industri bahan bakar fosil ini berasal dari 27 negara. Ratusan delegasi itu mewakili lebih dari 100 perusahaan bahan bakar fosil serta 30 asosiasi dan organisasi perdagangan.
Organisasi seperti International Emissions Trading Association dan perusahaan besar seperti Shell diwakili oleh delegasi-delegasi tersebut.
Baca Juga: Pada COP26, China Sebut Berhak Jadi Penghasil Polusi Terbesar Dunia: Kami Masih Tahap Pembangunan
Lebih lanjut, delegasi industri bahan bakar fosil lebih banyak dari total delegasi delapan negara yang terdampak krisis iklim paling parah 20 tahun terakhir.
Industri bahan bakar fosil sendiri mengajukan pelunasan karbon dan perdagangan karbon sebagai “solusi” krisis iklim. Mereka berupaya mengampanyekan dua “solusi” itu di komunitas internasional.
Akan tetapi, kalangan aktivis menyebut dua solusi itu tidaklah efektif mengatasi krisis iklim. Industri bahan bakar fosil dituding menawarkan “solusi” hanya untuk melanjutkan ekstraksi minyak bumi dan gas alam.
Kalangan aktivis pun mendesak delegasi industri bahan bakar fosil dienyahkan dari forum-forum internasional tentang krisis iklim. Mereka merujuk kampanye anti-rokok Badan Kesehatan Dunia (WHO) yang baru bisa berjalan serius setelah perwakilan industri tembakau tidak dilibatkan.
“Jika kita serius tentang meningkatkan ambisi (mengatasi krisis iklim), maka pelobi bahan bakar fosil harus dienyahkan dari pembicaraan,” kata anggota kelompok riset Corporate Europe Observatory, Pascoe Sabido.
Baca Juga: Presiden Tanzania Kecam Negara Maju di COP26, Sebut Kilimanjaro Gundul gara-gara Krisis Iklim
Sumber : BBC
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.